Seseorang cubit aku di pipi, jika semua ini hanya dan hanya mimpi. -
Mars Penyembah Berhala
Semua orang yang dekat dengan saya tahu akan kegilaan saya terhadap
mereka. Lagunya selalu ada terselip di setiap playlist yang disusun
oleh saya untuk diputar di Omu sehari-hari. Mereka tahu, saya selalu
mengusahakan “pulang” ke Jogja demi menonton mereka setiap kali ada
pentas besar. Mereka pula yang akhirnya memberi seluruh perhatiannya
untuk mewujudkan keinginan yang asalnya hanya mimpi, menjadi nyata.
#MenujuSemesta. Kalau kemarin kalian melihat ada seorang perempuan
sibuk mondar-mandir kesana kemari, berbaju hitam, memakai rok pendek,
legging dan boots, memakai stiker bergambar gajah dengan tulisan
“anggota rombongan menuju semesta”, itu saya. Melihat dia berpelukan,
tertawa, bicara dengan banyak orang saat di luar dan di dalam auditorium
IFI Bandung, berteriak-teriak dan mungkin kalian bisa melihat banyak
ekspresi haru di wajahnya saat menonton konser dan kalau ada yang bilang
padamu saya berteman dengan vokalis dan gitarisnya semenjak tahun ’99
sudah pasti, itu saya.
Saya sudah tidak usah lagi menulis soal betapa sulitnya mengundang
mereka main, soal betapa bagusnya mereka main di setiap konser yang saya
tonton karena mereka main dengan sepenuh hati malam itu. Saya sudah
tidak usah bercerita kalau sepanjang tiga minggu persiapan konser saya
sampai mimpi sebanyak 3 kali soal konser itu, dua berhasil, satu mimpi
konsernya gagal total.
Saya juga tidak usah menulis lagi soal betapa bangganya saya terhadap
kolektif Liga Musik Nasional yang walau sedang ditinggal ketua gengnya
ngamen ke kota Malang mampu menunjukkan bahwa musik tidak dibatasi oleh
genre. Soal betapa senangnya saya saat saya berpelukan dengan direktur
IFI Bandung mengucapkan terima kasih untuk kesediaannya memberi tempat
untuk ide gila groupies pecinta Melancholic Bitch dan juga ucapannya
malam itu didalam auditorium saat konser berlangsung, “Congratulations,
your concert is Perfect!”
Saya lupa berapa kali saya berpelukan malam itu. Karena setiap orang
yang hadir disana malam itu untuk saya ibarat amunisi kemenangan
walikota, satu suara sangat berarti, katanya. Dan banyak disana malam
itu juga adalah teman yang berbagi kegilaan bersama, bertahun-tahun
berjumpa dengan Melancholic Bitch di berbagai tempat, berbagi informasi
dan mungkin juga banyak diantaranya yang ingin tahu, kenapa saya
tergila-gila pada mereka.
Semua orang yang malam itu hadir didalam auditorium yang panas karena
tiga pendingin ruangan ternyata tidak cukup mendinginkan hawa, akan
mengamini bahwa mereka menuntaskan sebuah janji malam itu. Tampil dengan
setlist penuh 21 lagu. Performa yang apik. Ucap kata yang tertata
karena memang memakai naskah drama. Sound, lighting dan visual yang
mendukung semua yang mereka lakukan di panggung, kejutan bintang tamu,
saya tidak bisa meminta lebih dari apa yang mereka lakukan malam itu
untuk kami semua yang menonton pertunjukan.
Euforianya masih berlangsung sampai sekarang. Ucapan terimakasih
mulai terasa berlebihan karena diucapkan terus menerus, kekaguman juga
tak habis-habis, rasa haru masih saja selalu menghampiri.
Tapi seperti tradisi konser yang bagi saya sangat hebat, saya harus menulis ini.
Untuk Mas Ojie dan Gufi Kongsi Jahat Syndicate yang juga manajer
Melancholic Bitch dan Frau beserta rombongan manajemen Melancholic Bitch
yang saya hapal semua mukanya tapi tidak tahu nama lengkapnya jadi saya
tidak bisa tulis satu persatu, kalian tahu siapa kalian, terima kasih
banyak.
Untuk Ugoran Prasad dan Yossi Herman Susilo. Saya cuma inget ketemu
kalian pertama kali tahun 1999. Saya sudah lupa alasan kenapa saya suka
sama Melancholic Bitch, saya cuma ingat saya ngefans berat. Maaf
merepotkan kalian dengan kecerewetan adik perempuan yang cinta sama
abang-abangnya. Mata saya berkaca-kaca saat kalian satu persatu naik ke
panggung malam itu.
Luqman pak manajer yang baik hati tapi masih mencari jodoh, Dolly
pemain gitar dan Sarita sang pendendang dari keluarga Teman Sebangku,
terimakasih untuk bersedia ikut serta dalam kegilaan malam itu. Kalian
berhasil mengantarkan kami dengan manis dan juga untuk Debu Hologram,
lagu favorit saya dari album Anamnesis.
Terima kasih untuk Riana Rizki dan Risa Saraswati, dua adik perempuan
yang sama kerennya. Riana untuk membantu tim dekor yang konsepnya
berubah setiap kali bertemu tapi akhirnya jadi hutan jamur dan dedaunan
yang bagus juga untuk film pendeknya. Risa untuk bersedia menyanyikan
lagu Sepasang Kekasih yang Pertama bercinta di Luar Angkasa meskipun
sedang sakit gigi dan juga bolak-balik tempat kerja, sekarang saya punya
satu versi lagi dari lagu itu selain milik Frau dan itu salahmu.
Leliani Hermiasih, Frau. Neng, malam itu milik kamu ketika Apel Adam
dilantunkan, Off to Her Letter sampai Sepasang Kekasih selesai dan kamu
meninggalkan panggung. Terimakasih ya.
M. Louis, pak direktur IFI yang serius sekali mukanya, Ricky Arnold,
Bagus dan Abu, tuan rumah IFI Bandung yang sangat baik hati membantu
semua persiapan, pelaksanaan dan membereskan semua keberantakan yang
kami timbulkan, terimakasih.
Angkuy dan Nobie untuk coolbox dan Duo MC dadakan yang di todong H-1
dan juga Agam dari keluarga Bottlesmoker. Si Teteh ngerepotin aja ya.
Haha. Nuhun pisan!
Mas Anton Gendel, juru kunci sound system Melancholic Bitch, saya masih punya hutang ngajak makan di Poka Tiam. Kapan-kapan!
Akbar Killafternoon untuk jagain visual. Tanpa briefing, bikin panik, untungnya berhasil. Makasih bro, hantu!
Aris Nugraha, terakhir masih protes soal siapa dia di limunas, kamu
udah masuk jadi anggota keluarga. Salah sendiri pindah kosan ke
Manteron.
Agan Ahsan dan keluarga Maternal Disaster. Terima kasih untuk tshirt dan kerjasamanya. Kalau ada proyek lagi, bantuin lagi ya.
Prihatmoko Moki, yang punya artwork bergambar gajah di album
Re-anamnesis, seandainya malam itu kamu hadir, kamu harusnya ikut foto
bersama bandnya di depan baligo. Terimakasih untuk merelakan si “Gajah”
menjadi simbol perjalanan #menujusemesta
Tim kru Omuniuum, Tina, Ivan, Yuyun Soni ditambah Indra #littleomu,
kerja kalian malam itu keren! Terimakasih untuk jadi garda depan
#menujusemesta, jaga lapak merchandise dan disuruh ini itu. Saya tahu
kalian juga bergantian masuk auditorium menonton konser malam itu.
Terimakasih untuk berbagi kesukaan dan bekerja bersama. Tanpa kalian
#menujusemesta pasti berantakan.:)
Wikupedia. Wiku, teman setia nonton konser, untuk membatalkan
kepergian ke Jakarta, kesediaan menjadi tukang jaga pintu masuk. Saya
mau jujur, yang paling penting untuk saya sebetulnya adalah membuatmu
beralih dari patokan pertunjukan Melbi di gedung bawah tanah Tempo. Saya
menang. Nonton Melbi kemaren itu orgasmenya malah lebih dari nonton
Mogwai. Haha.
Herlambang. Harusnya kita sudah bertemu semenjak Beta Satin Merah ya
Bang, lagu kabar dari atap pencakar langit lunas. Saya baru tahu lagu
itu akan dibawakan pada pagi hari tanggal 31, mencarimu saat lagu itu
dibawakan tapi ngga’ ketemu. Terimakasih untuk tulisanmu, saya suka.
Budi Warsito untuk tulisan tentang nasihat yang baik, terimakasih.
Nasrul, Feransis, ada peribahasa yang bilang teman baik tidak akan
menghentikan perbuatan gila temannya tapi malah akan bergabung
dengannya. Kalian pikir sendiri apa artinya, terus saya cuma mau bilang,
kerja kalian meskipun seperti biasa selalu berisik nan mengganggu,
bagus banget. Hampir blunder dicoret diakhir acara!
Morgan, untuk mampir dan pergi lagi janji balik lagi tapi ga muncul
lagi, saya baru ingat kamu mau pulang kampung dan pasti saat itu muncul
untuk pamitan. Terimakasih untuk menampakkan muka. Kapan balik Bandung
wak?
Bapak sama ibunya anak-anak, terima kasih untuk datang mampir dan
juga untuk menampung semua cerita dan membantu memfasilitasi ide-ide
gila kami. Ngga usah sebut nama ya pak, Bapak juga tahu ini ditulis
untuk bapak, saya pamit dulu nonton konser ya pak, bu, Maaf ngga nganter
ke depan pas pulang. Makasih.
Mas Trie, penentu kebijakan Omuniuum dan Liga Musik Nasional. Pas
lagu sepasang kekasih saya nyari kamu, trus pas liat muka kamu, kamu
lagi terharu sambil nyanyi. Tadinya saya mau manggil kamu tapi ngga
jadi. Makasih untuk nemenin sejauh ini. 13 tahun. Saya ketemu mereka
sekaligus ketemu kamu. Maaf kebawa-bawa mas. Saya tahu kamu ngerti
maksud saya apa. Juga untuk anaknya, Bunga Putri Raditha yang ikut bantu
masukin tiket ke amplop. Saya adalah orang paling beruntung di dunia
karena punya kalian.
Untuk Felix Dass, diet atau olah raga. Harus. Bener kata kamu, saya menang besar.
Doddy Hamson, ketua geng Limunas, malam itu saya dengar dari
unboundkill kalau abang gelisah karena harus pergi ke Malang sementara
Limunas lagi punya acara. Balasan SMS laporannya oke banget. Limunas
gitu loh. Tos!
Untuk geng Sarasvamily yang hadir malam itu dan berubah jadi pasukan melankolia, cerewetnya aja yang tetap. Haha. Makasih!
Tim Sorge yang membantu dokumentasi video dan Ighe yang membantu dokumentasi foto, terimakasih!
Seluruh media partner yang membantu. Gigsplay, Jakarta Beat, Pamit
yang2an, Info Bandung, dan media lain yang ikut menyebarkan berita
tentang perjalanan ini.
Djarum Black Mild. Baru kali ini Limunas punya baligo. Baru kali ini
limunas punya tiket yang super bagus. Intinya banyak yang baru untuk
Limunas kali ini. Terimakasih untuk memaklumi kegagapan kami dan kerja
sama dan juga komprominya. Terimakasih untuk menyediakan kendaraan
#menujusemesta.
Semua teman, keluarga yang malam itu hadir di IFI Bandung dan tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, untuk pembeli tiket, untuk yang beli
merchandise, untuk bersama-sama menyanyi bersama dan menikmati setiap
detik dari #menujusemesta. Kalian yang memberi energi untuk membuat
semua ini hidup dan memungkinkan untuk diteruskan. Terimakasih.
Kamu, yang malam itu berhalangan hadir, saya tahu kamu ikut mendoakan ini semua, terima kasih dimanapun kamu berada.
Sampai jumpa di Liga Musik Nasional berikutnya.
Boit
Bagian keluarga ajaib Omuniuum, kolektif Liga Musik Nasional dan
penggemar Melancholic Bitch. Untuk dia, mengerjakan konser ini sangat
personal maka kemudian tulisan ini juga personal sekali. Ini semua
tentang kepercayaan dan dia percaya teman-temannya punya kekuatan super
pemberian Tuhan untuk mengabulkan semua keinginannya.
Dengan tulisan ini menyatakan kalau seorang fans bisa bikin gigs
keren bersama band pujaannya, terutama kalau band pujaan dan seluruh
pendukung konsernya percaya kalau mereka satu keluarga.