Minggu, 25 April 2010

Dari Victoraland

lagi-lagi tentang melancholic bitch

setelah menonton konser melancholic bitch di salihara sekitar tiga minggu lalu, saya seperti kena kutukan tidak bisa mendengarkan musik lain. melbi dan melbi setiap hari dan malam.

untuk beberapa saat, dulu saya tak bisa berhenti mendengarkan lagu "distopia" versi demo. setelah konser salihara, saya memutar terus "tentang cinta". beberapa minggu setelahnya, giliran "7 hari menuju semesta" alias hari-hari ini. rasanya mau gila tiap dengar bagian "kamis jumat sabtu minggu" bersama-sama dengan bunyi scratch dan gitar berkejaran dengan hujan keyboard. (kebetulan saya punya hak veto (mwahahaha) untuk menentukan lagu melbi mana yang akan dimasukkan dalam cd bonus sebuah majalah musik, dan lagu ini yang masuk. tapi sumpah nggak semena-mena hanya karena saya suka, dipikirkan betul supaya menjadi jembatan yang pas bagi orang yang belum pernah dengar melbi.)

semakin mendengar, semakin saya hanya bisa memikirkan melbi. lirik "kamis jumat sabtu minggu/pepatkan seluruh semesta" tiba-tiba saya sadari sama dengan rangkaian hari paling suci di agama katolik: kamis putih, jumat agung, sabtu suci, dan minggu paskah. ini adalah hari-hari penentuan saat yesus menjalani hari-hari terakhir hidupnya, untuk kemudian wafat di salib dan bangkit dari kematian. tentu saja selalu ada urusan kebetulan, tapi sungguh saya ingin tahu apakah analisis ngawur ini bisa disingkirkan saja, atau malah ada benarnya.

juga dengan sumpah perkawinan yang disadur dalam lagu yang sama. "dalam suka atau duka/kaya atau papa/sampai kematian memisahkan/membelah jiwa raga kita". saya memuji ugoran atas penemuannya. kata 'papa' begitu sederhana sekaligus begitu syahdu. sudah tak banyak yang menggunakan kata 'papa' dalam tulisan.

ketika pertama kali mendengar "distopia" dan "mars penyembah berhala" versi album, hal pertama yang saya tangkap adalah semangat yang agak lain dari versi demo. "distopia" jelas berbeda jauh dengan adanya vokalis tamu silir juga bagian bas yang lebih genit, membuat versi album seolah tampil berpupur kemayu. ada seruan "whoo" tepat sebelum masuk ke bait kedua. dan tentu saja, bagian disko itu. ada yang tak suka dan saya cenderung netral, memilih untuk menikmati saja permainan bas yang sigap di situ. sementara "mars penyembah berhala" berbeda dengan imbuhan "whoo-hoo" di setiap akhir baris "siapa yang membutuhkan imajinasi/jika kita sudah punya televisi", menjadikan versi demo terkesan lebih marah dan mentah. dan tentang orasi di sela-sela chorus bagian terakhir, well, walau sempat kaget akibatnya tapi bagian ini adalah salah satu titik melumpuhkan ketika kita duduk sebagai penonton konser melbi.

"nasihat yang baik" pertama kali membangunkan saya lewat earphone yang menempel di kuping saat setengah tertidur. "maka tidurlah/tidurlah susi" dengan irama pelan dan gitar yang menyayat di latar belakang. lagu ini terdengar seperti sebuah permintaan yang disampaikan dalam nada sedih dan tak berdaya. dan saya semakin sedih ketika berikutnya "dinding propaganda" muncul. joni memberanikan diri mencuri demi susi. saya selalu dibuat gila saat bait "joni tak gila/ketika didengarnya dinding berbisik" dengan nada itu dan secuil gitar itu saat "curilah roti/curilah roti".

"kamis jumat sabtu minggu/pepatkan seluruh semesta" bagi saya dinyanyikan dalam nada yang sempurna. sebenar-benarnya, malah seluruh nyanyian di album balada joni dan susi berada dalam nada yang sempurna. distopia yang penuh dengan harapan dan janji ada pada tataran yang cukup tinggi dan terdengar ria. pada bagian akhir "menara", rasanya seperti dada ditekan dengan hebat. gitar yang dipilin terus menerus sepanjang lagu merobek-robek perasaan. dan saya harus melibatkan nama tuhan di sini, karena ya tuhan betapa seksinya suara ugoran pada lirik 'berdarah, ah, luka di tanganku/berdarah, ah, luka di tanganmu".

saya tak setuju akan pendapat teman kantor yang bilang bahwa album balada joni dan susi adalah album yang penuh wacana. menurut saya, bjs adalah citra akan indonesia yang sebenarnya. bangsa yang serbakagok. ingin maju tapi canggung. ingin modern tapi tidak siap. setiap mendengar bjs, saya selalu membayangkan indonesia yang penuh dengan joni dan susi. orang-orang yang berharap tapi tidak semujur itu juga dalam hidup. orang-orang yang bertikai sepanjang umurnya dengan keadaan. bjs bercerita tentang banyak hal yang penuh makna dalam satu kali pendengaran sepanjang 45 menit. saya hanya bisa berucap satu kata setiap akhir lagu: "amin".


nb. hai koran tempo dan tempo interaktif, peniruan yang anda lakukan cepat terkubur dan tentu saja tidak akan diributkan oleh orang banyak. aguslia hidayah, kau boleh saja mengganti kata-katamu di situs tempo interaktif, tapi koran tempo sudah beredar ke mana-mana, dan di situ, kau mengakui kata-kata saya sebagai kata-katamu. bagi saya, itu adalah kejahatan. oh ya, meniru itu harus lihai. kalau ada 'distopia versi 2009', paling tidak jelaskanlah distopia versi lain yang ada menurutmu. bisa?

-----------------------

melancholic bitch di salihara 24 maret 2010

di dalam gedung teater salihara, panggung dihias dengan empat payung terbuka yang mengambang. belum-belum saya sudah jatuh cinta. melbi memulai dengan 'kartu pos bergambar jembatan golden gate san fransisco'. ini adalah salah satu lagu yang paling personal untuk saya, karena seseorang pernah memberikannya untuk saya. jadi mungkin kamu bisa membayangkan, sebuah band yang sangat kamu sukai, dalam sebuah acara yang sangat kamu tunggu-tunggu, memainkan lagu dari seseorang yang sangat kamu sukai. emosi saya dilambung dan dihempaskan secara bersamaan. kemudian mereka mulai memainkan album balada joni dan susi, sesuai urutan lagu di album.

balada joni dan susi adalah cerita tentang sepasang kekasih yang dicobai oleh hidup. dua orang yang tidak penting dalam garis besar negara, dua orang yang juga tak terlalu beruntung. tapi mereka cinta satu sama lain. "berdua semesta kita, bersama kereta kita/
kereta mengantar kita menuju semesta berdua/bersama-sama kita, bersama selama-lamanya, bersama sama selamanya", dari 'distopia'. ketika susi sakit, joni tak mau tahu apapun selain susi sembuh. "miskin takkan membuatnya putus asa/lapar memaksanya merasa berdaya", menurut 'dinding propaganda'. maka joni mencuri apel dari supermarket. tapi ia tertangkap basah mencuri. dan nasibnya kembali buruk. itu kurang lebih kisahnya secara singkat.

album brilian yang dirilis tahun 2009 ini entah kenapa banyak luput dari pendengar musik. musik melbi tak membutuhkan waktu lama untuk menggores hatimu. (pinjam kata-katamu ya, b, walau mungkin tak penting karena kamu sudah tak pernah baca blog ini lagi.) beberapa bilang musik melbi seperti musik radiohead. saya tak mengiyakan juga tak menolak. yang pasti, mereka punya melodi yang sangat kuat dan lirik yang membuat saya jungkir balik. lalu kayang. sampai besok. musik mereka atmosferik. setiap lagu terdengar utuh dan penuh.

balada joni dan susi versi demo punya 'mars penyembah berhala' yang terdengar lebih pemarah dibanding versi rilisan resmi. juga 'distopia' yang tidak segenit versi 2009. 'distopia' versi 2009 adalah duet ugo dan silir pujiwati, seorang sinden dengan vokal yang tak main-main. dan ia hadir pada malam itu di salihara. gayanya bukan main, apalagi suaranya. plus, kapan lagi lihat sinden dengan gaun merah menyala dan sepatu hak tinggi. (fakta tidak penting: saya pernah pakai 'distopia' untuk nada dering ponsel. sekarang sedang pakai 'never say die' dari black sabbath.)

malam itu, ratusan penonton jelas mencintai dan kagum pada mereka. banyak kepala yang mengayun, manggut-manggut intens, dan banyak teriakan ke arah panggung, seperti "ngombe, 'go" atau "wis tuo iki" ketika ugo terengah-engah sehabis membawakan 'mars penyembah berhala' seperti kesetanan.

saya menyaksikan melbi yang eksplosif. mereka terdengar emosional (dalam nada positif) di album, tapi ketika secara langsung mendengar dan menyaksikan, emosi mereka seolah beratus kali lipat. apa yang sudah kamu dengar di album datang kembali menghantammu, dengan kekuatan tak terbayangkan. ketika kamu didera sedih karena joni gagal mencuri apel dan memberikannya pada susi dalam album, perasaan itu membengkak dan menekan dadamu sedemikian rupa ketika duduk di dalam gedung teater dan mengalami sendiri kisah pedih itu. kamu mengamini ugo yang memaki televisi dan memutarnya berulang-ulang lewat ipod, sementara malam itu kamu merasakan dirimu terbakar amarah dan menyaksikan messiah yang kamu nanti-nanti. ketika tanganmu seolah ingin mengelus rambut susi dan meninabobokannya di lagu 'nasihat yang baik', di salihara kamu menjadi susi yang sendirian dan papa.

segala-galanya dilambungkan. suara ugo terdengar lebih berat, lebih geram, lebih muram. sentuhan-sentuhan kecil tapi mematikan dari gitar atau keyboard terdengar lebih menggaung dan membuat dada sakit (terutama di lagu favorit saya, 'dinding propaganda'. secuil-secuil gitar di bagian refrain, mana tahan). walau di awal pertunjukan, mereka, terutama ugo, terlihat gugup tapi tak butuh waktu lama hingga mereka bisa main dengan sangat lepas. dan itu jelas terlihat. mereka semua bermain seperti kesetanan. gitar disayat atau dimainkan dengan sembarangan, untuk efek noise. mood semakin lama semakin menanjak dan mencapai puncak dengan sempurna. ini diperkuat dengan sound yang bagus dan tata lampu yang pas. musik yang mengurung telinga dan pemandangan yang membuat mata tak berkedip sama eloknya.

encore adalah tiga lagu dari anamnesis. 'tentang cinta' diakui mereka sebagai salah satu lagu yang hampir tak pernah mereka bawakan karena membuat malu. kalau saya jadi salah satu band indonesia, saya akan memilih mengubur diri sendiri kalau lagu yang membuat malu mereka saja adalah lagu dengan lirik yang luar biasa. juga ada 'sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa'. lagu yang sungguh magis.

bagi saya, pertunjukan melancholic bitch ini terus saja menggema sampai beberapa hari setelahnya. ditambah mengganggu saya, dalam arti saya tak bisa berhenti memutar lagu-lagu mereka hingga mendorong saya untuk menulis tentangnya. begitu berkesan hingga saya teringat terus padanya. pengalaman hebat yang termasuk membuat saya naik ojek dari salihara ke kantor di ampera raya sambil was-was karena sudah pukul setengah 12 malam (sudah tak ada kendaraan umum yang lewat depan salihara). dan ingin sekali mengulangnya kembali. bahkan termasuk naik ojeknya.
"selasa, kau dan aku, jika waktu berpihak padaku, izinkanlah, kumelukaimu. izinkanlah kupetakan tubuhmu, dalam suka atau duka, kaya atau papa, sampai kematian memisahkan membelah jiwa raga kita."
('7 hari menuju semesta')



nb. di sepanjang lagu 'distopia', air mata tak berhenti mengalir. tiga baris lirik yang mencocok perasaan dan suara ugo.

nb lagi. sampai sekarang masih membayangkan menyaksikan melbi membawakan lagu 'kita adalah batu'. kapan kiranya kesampaian...