Minggu, 01 Februari 2015

Masih dari Okky



Joni & Susi Dalam Kisah lain (Potret Cerita Rekaan)

Joni menyapa kita begitu heroik pada album BJS milik melancholic bitch, pemuda itu rela menjadi apa yang masyarakat gariskan untuk nasibnya – memasupkannya dalam televisi 14 inci – laksana pariah yang dipertontonkan, padahal sesungguhnya ia hanya melaksanakan  nubuat dalam pelarian cinta mereka yang tak ingin sedikitpun melibatkan polisi. Joni ingin memberikan roti atau apel pada saat Susi demam dan terbaring gemetar. Joni mencintai Susi. Susi mencintai Joni.


Jakarta, November 2014.

Joni setelah Pelarian
Waktu mengantar seseorang untuk meninggalkan masa lalu tapi biasanya melankoli dan segala cuaca cukup ampuh membawa sejumput riak-riak ingatan pada yang lalu. Mungkin kisah atau cinta. Begitupula bagi seorang Joni, lepas masa kurungan karena kedapatan mencuri Apel, ia kini menjalani hidup susah payah, term sebagai orang kurungan menghambat dirinya mencari pekerjaan. Apalagi ini Jakarta kota megapolitan yang kejamnya beratus kali lipat dari makian guru ngajinya sewaktu kecil.

Joni di pinggiran Jakarta harus bertempur setiap menit bahkan detiknya, ia harus berlomba dengan sekumpulan kawan pangkalannya yang lain. Tamatan SMA itu dengan urat mengencang berteriak pada calon sewa yang lalu lalang lewat di depannya. “stasiunn mass?!...”, “kantor, kantor paaak?!!”, “mbaa, pasar mbaa....” Joni menawarkan destinasi yang mungkin orang-orang itu ingin tuju. Dari atas motor ia memperlihatkan gestur pemasaran jasanya yang serius, dengan tangan yang teracung-acung pada mereka.

Masa silam membawa Joni ke hidup yang sekarang, sejatinya begitulah hari-hari Joni lewati. Perpisahannya dengan sang gadis menohok dirinya, ia KO mendapati Susi tak ada menjenguknya dalam tembok derita. Kesedihan yang menghempaskan segala harapannya, pelarian dengan sang gadis baginya merupakan kisah masterpiece dalam hidupnya, tapi kemana ia? Dimana dirinya? Tidak kah rajam-rajam hukuman telah ia tebus untuk apel yang telah dicuri di supermarket, kala sang gadis demam dan terbaring gemetar.

Ada cacat dalam hidup Joni. Persis korban stigma 1965, sesuatu yang tiba-tiba menempel seumur hidup, mantan napi. Dan Joni bukanlah pejabat-pejabat lokal yang meski telah mendapat stempel napi dan menjalani masa kurungan tetap menerima tawaran bisnis usaha atau proyek penuh laba. Namun yang lebih menyakitkan dan kerap melebamkan hatinya adalah kehilangan sang gadis.   

“Kita memandang jauh seperti ada yang tertinggal
Seperti sesuatu diam-diam berharap yang kekal
Selesai dan menghilang
Selesai dan menghilang
Yang menghilang menjauhlah.”*


Susi Usai Pelarian
Mimpi telah selesai, seseorang telah dibangunkan dengan tiba-tiba, Susi tergagap-gagap. Keindahan masa lalu kekal dalam ingatan. Ia tak menyangka semuanya berakhir. Pria itu tak didapatinya kembali setelah meminta izin pergi meninggalkannya terbaring di sebuah emperan toko beralas koran malam itu. Badannya demam dan gemetar, wajahnya pasi, bibirnya memucat. Hanya sayup-sayup ia mendengar suara, “ada maling-ada maling...”, “ada orang dipukuli...” di ambang sadarnya ia terus mengingat pria yang begitu ia cintai. Perasaannya begitu tak enak. Perutnya mual kepalanya pening.

Susi telah melawati serangkaian peristiwa, pelarian itu membekas di benaknya, merajah sepenggal nama di hatinya. Ia tak tahu harus mencari kemana pria itu, dan sumpah mati ia ingin sekali bertemu. Entah di perempatan jalan, di toko, mall, rumah ibadah, warung makan, dimanapun ia ingin bertemu. Kerinduan yang ia terus alami sepanjang waktu. Pria yang telah menawarinya kebahagiaan dan ia merengkuhnya. Pertanyaan yang belum ia temukan jawabnya, kemana ia pergi? Dan kenapa tak kembali?

Pagi itu Susi telah bersiap, ia akan berangkat bekerja, Susi menjadi pegawai toko di sebuah mall di pusat Jakarta. Domisilinya berpindah, paska ditemukan pingsan oleh orang-orang di emperan toko di tengah Kota, ia dan keluarganya harus pindah mencari tempat bernaung yang baru. Tunggakan kontrakan menghempaskan mereka dari hunian yang lama. Mereka mencari kontrakan baru, meninggalkan segala impian masa lalu yang telah dibawa pria itu.

Adakah yang pernah merasakan sakit karena ditinggalkan? Seperti apakah nyeri itu? Bergelung-gelung di hati sepanjang waktu. Kegelisahan yang memanjang, menggerogoti hati dan pikiran. Susi merasa ditinggalkan, oleh harapan, gadis muda itu kini sering kehilangan keceriaan, ada yang membeku pada sisi dalam dirinya. Di ruang toko pagi itu tiba-tiba Susi merasa ac terlalu dingin.

“Kita berdiri gemetar, seperti di lorong kosong
Seperti sepotong batu langit terbakar jadi debu
Kita di cekal mimpi, seperti tidak di sini
Seperti segenggam luka baru kaca rapuh renta.”*


Catatan: tulisan ini sepenuhnya dibangun penulis dengan mengarang, apa yang mungkin menjadi tidak semestinya dan kurang berkenan atas ide aselinya di album BJS-Melbi, penulis mohon dibukakan pintu maaf selebar-lebarnya.

*lirik lagu melancholic bitch, Kabar dari Tepi Atap Pencakar Langit

Dari Okky

Dapet email dan tulisan dan telat banget dimasukin sini. Maaf dan terimakasih atas kirimannya!
O ya, karena tulisannya panjang, di bagi dua postingan ya.. :)

Tulisan Melbi
From : reski okky


Permisi, Maaf mengganggu,

saya okky,
salam kenal sebelumnya, sudah lama saya menyimak blog kotak gelas, dan menemukan banyak tulisan bagus tentang melbi, sebuah blog yang didedikasikan untuk mereka yang menggemari grup ini dalam skala yang tidak main-main. saya pun pernah memberanikan diri menulis tentang mereka. meski saya tidak tau juga tulisan ini bagus atau tidak. benar atau salah. saya hanya ingin berbagi kesukaan pada melbi dengan mereka yang sama-sama menyukainya. berikut saya lampirkan tulisan saya, sebelumnya tulisan ini pernah saya muat di kanal keroyokan dengan beberapa teman: mengebiriwaktu.tk.

terima kasih untuk perhatiannya, salam.
okky 

*********


Menghidupi Narasi-Narasi Yang Tidak Sekedar 

Sepengalaman saya, sesungguhnya saya hampir tidak pernah terinspirasi oleh keindahan kasih kinasih di sekitar saya, semuanya sudah terasa hambar, saya merenung dan berfikir mengapa hal seindah cinta kini bisa hadir begitu banal di permukaan, mungkin saya yang salah dalam mengantisipasi semangat  zaman, atau saya telah dikalahkan. Semangat zaman berlari begitu cepat dan saya terseok-seok mengejarnya, saya mendapati sekeliling saya, dimana segalanya begitu terstandarisasi - dalam  mengemas cinta dan mengumbarnya, lagu-lagu yang tidak puitis, film-film yang stagnan dan sinetron-sinetron yang ajaib.

Beruntung saya terselamatkan,  menemukan katarsis, saya yang babak belur dipukuli zaman menemukan oase, obat penyembuh dan seketika ada embun yang bermunculan di kerongkongan saya, lirik-lirik gelap yang puitis, semangat cinta yang begitu rock n roll namun romantis segera membekap alam atas dan bawah sadar saya. Pernyataan-pernyataan cinta semacam inilah yang sesungguhnya saya nantikan dalam hidup saya, ia begitu jujur dan polos, mengumbar realitas sepenuhnya dan bukan sesuatu yang semu. Saya menemukan keberadaan saya pada band ini, ada sesuatu yang dalam pada tubuh Melancholic Bitch, ya band itu, sesuatu yang ketika saya tenggelam masuk ke dalamnya, bisa dipastikan saya begitu sulit keluar, melainkan terus terhempas semakin dalam, dan dalam. Saya menikmati kedalaman isi yang dipaparkan Melancholic Bitch.

Melancholic Bitch adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk di akhir tahun 90an. Beranggotakan Yosef herman Susilo (Electric-Acoustic Guitar, Mix-Engineer), Ugoran Prasad (Voice, Lyric), Yennu Ariendra (Electric Guitar, Synth, Laptop), Septian Dwirima (Percussion, Laptop); The Wiryo Pierna Haris (guitar), Richardus Ardita (bass,voice). Collaborating artist for Menuju Semesta: Faiz Wong (Drum and Synth0 dan Anton W.A (Sound Enggineer) seperti yang tertera di laman kotakgelas.blogspot.com, sebuah blog yang diperuntukan bagi banyak orang untuk saling berbagi (melalui tulisan) tentang Melancholic Bitch.

Lagu-Lagu Cinta yang Tidak Begitu
Saya bisa mengambil beberapa lagu dari Melanchoic Bitch, agar lebih terstruktur, baiknya saya akan membuka dari album pertama mereka, ‘Anamnesis’ yang rilis di tahun 2004, perkenalan personal saya dengan album ini agak terlambat, yaitu kala Melbi (Melancholic Bitch) sedang hangat-hangatnya merilis album keduanya ‘Balada Joni dan Susi’, track-track Anamnesis yang dibiarkan gratis di laman last.fm mereka saya donlot satu persatu, setelah sebelumnya seorang teman memberikan lagu-lagu dari ‘ live at ndalem Joyokusumandalam format mp.3.

Pada album Anamnesis, Melancholic Bitch menjabarkan beberapa larik cinta di luar kaidah yang ada, setidaknya bagi saya personal, lagu-lagu seperti, ‘tentang cinta’, ‘off her love letter’, ‘sepasang kekasih yang bercinta di luar angkasa’, juga ‘my feeling for you now’, mengajarkan saya bahwa ada lagu cinta jenis lain yang tidak selamanya glamor dan mengumbar pernyataan cinta yang permukaan; ‘aku cinta kamu, sayang kamu, segalanya kamu, lebih baik mati tanpamu’, ia mendobrak penulisan lagu cinta dengan lirik seperti,

wake up, don’t you hide now. sometime this morning someone, takes you on the run. breathe up all you can somehow, sometime this morning someone will take you run. takes you run. takes you on the run, you can. (somebody someone to feel you, to heal you, somebody someone to kill you, ever and ever.)” atau seperti “kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa seperti takkan pernah pulang (yang menghilang) kau membias di udara dan terhempaskan cahaya. Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu menarilah di jauh permukaan.” Sangat monumental, lirik-lirik ini membuat saya berfikir bahwa lagu cinta sebenarnya bisa dibahasakan dengan begitu puitis dan melenakan, bukan membosankan seperti yang kebanyakan kita lihat di tipi.