Senin, 27 Mei 2013

Dari Gitskai

Nasihat yang Baik dari Melancholic Bitch



Susi ingin tidur
Susi lelah bermain seharian
Susi terlalu lelah jalan-jalan
Terlalu lelah
Ini salah satu lagu kesukaan saya dari band Melancholic Bitch. Judulnya "Nasihat yang Baik", isinya lagu 'nina bobo' dari Joni untuk Susi. Nasihat untuk tidur. Aneh, saya kurang begitu paham maksudnya apa sampai tadi sore.
Mundur sedikit. Jadi kemarin malam saya baru pulang dari Semarang naik kereta api. Dengan AC yang dingin dan posisi tidur yang kurang nyaman, saya bangun pagi ini dengan kepala berat. Masuk kantor saya ga bisa konsentrasi mengerjakan apa pun. Pulang jam setengah tujuh dari kantor, macetnya luar biasa. Saya sungguh merasa sangat lelah. Ingin memberi badan ini sedikit istirahat tapi melihat agneda seminggu ke depan rasa-rasanya tidak mungkin. Ada banyak yang harus dikerjakan. Lagipula rasanya malu mengeluh letih lesu ini itu ketika saya melihat tukang gerobak sedang menarik gerobak melawan arus di tengah gerimis macetnya jalan Tendean. Lelahnya saya ini apalah artinya dibandingkan dia. Tiiba-tiba di kepala saya mengalun lagu ini.
Terlalu lelah
Maka tidurlah
Terlalu lelah
Maka tidurlah

Sering dinasihati untuk tidur? Dari kecil. Mama pasti menyuruh tidur kalau sudah jam setengah sembilan supaya besok bisa bangun pagi. Lalu nasihat untuk tidur perlahan berkurang ketika kita beranjak dewasa. Yang saya ingat paling ketika kuliah. Pas ngerjain tugas kelompok yang sampai harus begadang, tak segan saya menyuruh teman saya tidur dulu kalau sudah capek. Dan sekarang, siapa lagi yang menyuruh saya tidur? Kalau capek tapi masih ada kerjaan ya harus dikerjakan. Kalau di kantor ngantuk setengah mati setelah makan siang ya harus ditahan. 
sepotong musik untuk cemasmu
sepotong musik untuk resahmu
sepotong musik untuk sedihmu
sepotong musik untuk malammu

Jadi kalau ada yang menyuruh tidur di masa-masa seperti ini, sungguhlah itu sebuah nasihat yang baik. Nasihat tidah harus dituruti, tapi sungguh itu sangat baik. Di antara segala masalah hidup dari yang ga penting sampai yang sangat sangat sangat tidak penting, mungkin tidur memang adalah hal terbaik yang harus dilakukan. Memberi kesempatan untuk mata beristirahat sejenak. Badan ini butuh waktu rileks sehari dua hari. Terdengar sederhana tapi sudah beberapa minggu ini saya tidak tidur siang dengan santai dan nyaman. Hahahaha. Bahkan malam pulang dari kantor di jam-jam seperti ini saya tidak bisa tidur. Padahal sepanjang jalan waktu nyetir bawaannya capek dan ngantuk luar biasa..
waktu yang lelah
maka tidurlah
terlalu lelah
maka tidurlah
Saya merasa lelah. Tapi rasanya belum terlalu lelah. Masih ada segumpal energi di kepala saya yang meloncat-loncat minta dikeluarkan. Tapi entah untuk apa. Mungkin untuk mulai menulis fiksi lagi, atau naik gunung, atau diving, atau latihan lari, atau belajar nyanyi lagi, atau mulai lebih serius dikit dengan beberapa ide-ide tentang kebaikan yang bisa dituangkan jadi aksi nyata, atau untuk clubbing atau ngemushrooom? Hahaha. Saya tidak tahu. Setelah melakukan semuanya yang tadi saya sebutkan, kalau pun bisa, apakah ada jaminan rasa kosong itu tidak ada lagi?
Entahlah, saya mulai merasa bahwa saya terbiasa sudah hidup bersama dengan rasa hampa. Ketika akhirnya saya merasa bahagia, saya melebarkan lagi ruang di hati saya sehingga kehampaan terjadi lagi. Begitu mungkin seterusnya. Contohnya ya kayak tahun ini. Setelah semua keriaan dan kebahagiaan di tahun 2012, saya tetap merasa hampa dan tahun ini entah mengapa walau melelahkan dan sedikit menyakitkan saya merasa sedikit lebih baik. Merasa 'sakit' dan 'pedih' itu jadi semacam kebutuhan. Kebutuhan supaya diri saya menjadi lebih tegar dan kuat. Jadi saya merasa lebih baik karena saya tetap bisa hahaha hihihi walaupun di dalam sebenarnya hampa. Jadi kayak semacam pembuktian bahwa saya bisa mengatasi ini semua, Gitu deh pokoknya. Hahaha, Ini tulisan kenapa jadi gelap begini. 
Mungkin sebaiknya sekarang saya tidur.
tidurlah Susi
tidur
tidur
tidurlah Susi
tidur
tidur..

Kamis, 16 Mei 2013

Pers Rilis | Konser Menuju Semesta – Melancholic Bitch



Konser Menuju Semesta
Melancholic Bitch &  Teman Sebangku
Jumat, 31 Mei 2013 (19:00-end)
IFI Bandung (CCF) – Purnawarman 32 Bandung
Presale Tiket : Rp 35.000 (Terbatas 200)
OTS : Rp 50,000

Tiket bisa didapatkan mulai 16 Mei 2013 di
Omuniuum
Jl Ciumbuleuit No 151B lt.2 Bandung
Ph. 022-2038279 / 087821836088
omuniuum@gmail.com
Untuk tanggal 31 Mei 2013 [Penjualan tiket di venue mulai jam 17.00 WIB. Open Gate 18.30 WIB ]

Pers Rilis

Bersama-sama Kita Menuju Semesta

Nama konser menuju semesta dipilih karena tema perjalanan cukup menjadi bagian penting dari tema musik Melancholic Bitch, baik itu di album perdanan mereka, Anamnesis (yang sekarang dirilis ulang sebagai Re-Anamnesis) maupun “album cinta pesisir” Balada Joni dan Susi.
Terakhir tampil di Bandung pada tahun 2000, itupun hanya muncul sebagai pengiring performance art salah satu penampil di pasar seni ITB, tampaknya sudah saatnya mereka diculik untuk mempunyai panggung sendiri di Bandung.
Mengapa perlu menunggu selama lebih dari tiga belas tahun untuk tampil di Bandung? Pertanyaan itu terjawab jika tahu keseharian dari para personil Melancholic Bitch. Sudah sejak lama band ini dikenal dengan kesibukan masing-masing personilnya. Ugoran Prasad, vokalisnya, sibuk bolak balik menimba ilmu ke luar negeri selain tentunya bekerja sebagai pengarang, peneliti pertunjukan dan belakangan juga menjadi direktur program Teater Garasi. Yosef Herman Susilo, sang gitaris, sibuk menjadi bapak dari dua anak dan menjual kemampuan merancang sound untuk banyak pertunjukan seni di Jogja. Yennu Ariendra, selain sebagai gitaris dan penanggung jawab departemen synth pada Melancholic Bitch, juga punya kesibukan utama sebagai komposer dan music director berbagai karya teater, selain juga bermusik bersama Belkastrelka. Richardus Ardita yang bertanggung jawab di departemen Bas juga punya band bernama Shoolinen selain Individual Life, di tengah kesibukannya sebagai web-designer.  Septian Dwirima, dikabarkan sedang hiatus dengan musik untuk berkonsentrasi untuk perjalanan spiritualnya. Kabar hiatus ini juga terdengar dari Wiryo Pierna Haris, sebab gitaris ini sedang berada di negeri Paman Sam untuk waktu yang cukup lama. Peta kesibukan personil Melancholic Bitch memang terdengar begitu riuh; tapi ini bukan alasan yang mencegah kita untuk menculik mereka.
Rencana penculikan ini sebetulnya sudah hampir terjadi tahun lalu jika saja saat itu mereka jadi manggung di Jakarta. Sayangnya, mereka batal manggung dan kami di belum punya cukup amunisi untuk menculik mereka langsung dari Jogja. Obrolan tentang ini juga sudah muncul sejak dikabarkan Ugoran sedang pulang kampung ke Jogjakarta. Titik terang muncul saat tim dari Liga Musik Nasional yang juga ikut dalam kesibukan konser Mitos Melankolia akhirnya berhasil menemui seluruh personil dan punya kesempatan untuk berunding soal jadwal untuk penculikan mereka ke Bandung. Perundingan yang berlangsung sangat ketat meski singkat menghasilkan tanggal 31 Mei 2013 jadwal mereka kosong. Itu pas dengan hari raya konser Limunas yang selalu diselenggarakan pada hari Jumat.
Selesai dengan perundingan jadwal, venue ditentukan di IFI Bandung. Direktur IFI Bandung saat ini, M. Louis Presset ternyata punya antusiasme yang besar untuk menyambut dan beradaptasi dengan hal-hal baru dan skena di Bandung. Beliau dengan senang hati membuka pintu IFI untuk Limunas menyelenggarakan konser.
Selanjutnya, amunisi. Bagaimanapun, konser apalagi skema penculikan band dari luar kota tentu membutuhkan amunisi yang tidak sedikit. Disini, Limunas dibantu oleh Djarum Black Mild yang bersedia menjadi sponsor utama. Dukungan juga datang dari Omuniuum, Maternal Disaster dan Kongsi Jahat yang merupakan sindikat utama dalam penculikan Melancholic Bitch.
Setelah itu, mencari teman untuk mengantarkan kita dalam bertemu Melancholic Bitch, Limunas memutuskan untuk mengajak Teman Sebangku yang dengan kesederhanaannya  merangkum musik manis untuk ikut bersama nanti berjumpa Joni dan Susi di konser Menuju Semesta. Selain itu, mungkin saja partner menyanyi Melancholic Bitch yang muncul di konser Mitos Melankolia juga akan muncul di lagu Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa.
Masih mau menunggu hitungan hari, bulan, tahun atau entah berapa lama lagi untuk menyaksikan mereka tampil di Panggung?
Kami dari Liga Musik Nasional mengundang teman-teman semua untuk bersama-sama dengan kami, Menuju Semesta bersama Melancholic Bitch.
Sampai jumpa di venue, selamat bersenang-senang!

Salam hangat,
Liga Musik Nasional


Profil Melancholic Bitch
Band pinggiran yang dibentuk akhir 90an di Yogya ini seperti sedang menulis ulang pengertian dari idiom lama “hidup segan mati tak mau”. Cerita mereka cukup panjang, terlalu panjang untuk diceritakan ulang; juga tak terlalu penting. Pendeknya; mereka sudah muncul sejak jaman Parkinsound masih rutin diadakan tahunan; sesekali main band di panggung lokal, sesekali main di luar kota, sesekali main musik untuk performance dan teater, sesekali main musik untuk film, tapi lebih sering duduk-duduk, bercanda, saling memusuhi lalu berdamai sebelum permusuhan berikutnya. Sebuah band, bagaimanapun, cenderung meniru sebuah keluarga. Mengutip Anna Karenina: Seluruh keluarga bahagia selalu sama; keluarga tidak-bahagia, selalu tidak berbahagia dengan caranya masing-masing. Keluarga tidak berbahagia yang sering disingkat namanya menjadi Melbi ini disfungsional, retak, tapi selalu punya alasan untuk berkumpul di hari raya. Hari raya yang sibuk mereka ciptakan sendiri.
Members:
Yosef Herman Susilo (Electric-Acoustic Guitar, Mix-Engineer), Ugoran Prasad (Voice, Lyric),  Yennu Ariendra (Electric Guitar, Synth, Laptop), Septian Dwirima (Percussion, Laptop); The Wiryo Pierna Haris (guitar), Richardus Ardita (bass, voice). Collaborating artist for Menuju Semesta: Faiz Wong (Drum and synth) dan Anton W.A (sound engineer).
Kontak Melbi di :
+62818259625 [yopie]
mimelbi@gmail.com

Liga Musik Nasional
Kami adalah segerombolan penikmat berat berbagai jenis musik yang ingin berbagi tontonan musik yang asik. Band yang kami tampilkan harus yag kami suka, yang keren dan harus punya album.
ligamusiknasional@gmail.com
facebook.com/LigaMusikNasional
twitter.com/limunas

Selasa, 14 Mei 2013

Re-anamnesis Review dari Benji via Omuniuum


Dikala sedang bersiap untuk menggelar pentasnya Melancholic Bitch di Bandung pada tanggal 31 Mei ini, semesta tampaknya mendukung semua keinginan. Tiba-tiba sebuah email mampir dan ketika dibuka, isinya adalah review CD re-anamnesis – Melancholic Bitch. Apa namanya kalau ini bukan jodoh? Haha. Silakan membaca review yang dikirim dari Benji, jika mau membeli cdnya bisa kontak @omuniuum atau kontak @pengeratshop ya. 
Semoga harinya menyenangkan.
- boit
****

Melancholic Bitch – re-anamnesis



“Wake up, don’t you hide now. Sometime this morning someone will take you on the run.”
Nyaris setiap pagi, atau, setiap waktu, mendengarkan kalimat tersebut, tersulutlah delusi berupa dibangunkan di pagi buta oleh seseorang wanita (cantik, misterius, dsbg. sesuai referensi personal tentunya) untuk melintas bumi menjalankan misi-misi teramat rahasia tepat seusai mengganti identitas saya sepenuhnya. Berkhayal, band (mereka lebih memilih disebut sebagai kolektif) ini selalu membawa saya ke tahap itu. Setelah menghadirkan bebunyian terompet dan tarikan suara Frau -favorit kita semua-, kini lirik tersebut dan sepenuh lagunya telah bertransformasi menjadi suatu ledakan yang lebih manis. Bukan tembang pembuka sebenarnya, namun lebih kepada pengenalan kembali sebelum munculnya album, sekaligus menjadi tembang yang paling kentara perbedaannya dengan versi awal di album Anamnesis, telah di master ulang, serta menjadi lebih ‘ramah’ untuk era sekarang dengan bentuknya yang berupa cakram padat, Re-Anamnesis.

Melancholic Bitch (selanjutnya disingkat Melbi), saya awali perkenalan dengan menyelami album keduanya terlebih dulu, Balada Joni & Susi, berisikan kisah sepasang kekasih dari awal hingga akhir yang penuh dengan kegetiran, segera menjadikan Anamnesis (yang lagu-lagunya berdiri sendiri) terlihat ‘normal’. Menarik minat saya untuk mencari tahu lebih banyak Melbi versi normal tersebut, semakin menarik karena sedikitnya info yang beredar. Hingga saya (dan mungkin kamu juga) menemukannya di blog bertajuk kotakgelas, yang juga merangkum banyak hal tentang kolektif ini.
Melbi, adalah tentang tembang-tembang eklektik nan catchy bermuatan penerapan diksi yang menggelitik, luar biasa melankolis, yang dinyanyikan pada mayoritas nada-nada rendah hingga mengerang. Memaksa kita tak kuasa untuk tidak bersenandung (terbukti dengan terseretnya beberapa kawan seusai mendengar rintihan saya kala menyetel album-albumnya), atau sekedar men-tweet potongan syairnya. Tentang kita yang tidak menyelami lebih dalam kesusastraan tetap merasa terfasilitasi, meski terkadang sedikit mengernyitkan dahi. Bahkan menurut kawan saya seorang pegiat sastra: tentang karya Ugo yang paling keren.

Maka Re-Anamnesis, sejauh apa yang bisa saya tangkap, adalah :
-Tentang Anamnesis yang versi poles ulangnya menjadi lebih nikmat didengar tanpa perlu aransemen ulang yang berpotensi ‘merusak’ lagu-lagunya yang sudah kuat.
-Tentang karya-karya milik para pendahulu yang diterjemahkan dengan syahdu, juga sedikit mengenalkan saya pada Rudyard Kipling, bahkan Sapardi Djoko Damono.
-Tentang ‘My Feeling for You’, yang tempatnya digantikan dengan versi reprise dari ‘Requiem’.
-Tentang dua penyegaran yang cukup sukses oleh Ari Wvlv dan Bottlesmoker.
-Tentang untuk tetap berpijak di bumi, dengan menyiapkan segelas rasa rakit pada tiap awal musim.
-Tentang legenda sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa, yang mana setiap dilantunkan, mengantarkan seorang gadis menemani saya yang tadinya melayang di angkasa seorang diri. Antariksa untuk kita berdua saja.
-Tentang kekerasan adalah bagian tak terpisahkan dari setiap kita, sambil mengharapkan kelemahan kuno dalam diri kita untuk disentuh (terdengar menyakitkan).
-Tentang cinta yang membusuk di lagu-lagu, dan dibawakan dengan alunan paling ngepop. Juga tentang menjadi lebih rileks, jika kurang tepatdisebut pelarian, semenjak saya merasakan benar ingin memiliki jendela yang menghadap langsung ke lahan kosong penuh ilalang di sebelah kamar.
-Tentang “bernapaslah denganku, kuberjanji kita tak akan terengah” meski hadir di lagu dengan judul yang menyiratkan habisnya masa peredaran di dunia, namun memuat janji paling berkelas serta sangat beresiko, yang kamu bisa ucapkan. Membuat saya penasaran, bagaimana ekspresi seseorang ketika hal tersebut diucapkan pemujanya sembari berlutut. Maaf, maaf.
-Tentang pengulangan “yang kau inginkan, takkan kau dapatkan.” Aduh.
Juga tentang deklarasi ‘Melancholic Bitch’ sebagai identitas yang tepat guna. Tentang lagu-lagu yang tidak lekang dimakan masa. Tidak cukup sampai di situ, saya masih mencoba menerka banyak hal di dalamnya (Kita adalah Batu, dll.). Tentang hal-hal, juga pemaknaan gagasan yang belum usai.
Menarik pada setiap sudutnya, sangat layak dengar. Kapan saja. Biarkan interpretasi apapun melintas dan hinggap di pikiranmu. Sementara saya masih akan menanti kedatangan wanita yang saya sebutkan di paragraf awal. (words & photos – Benjing)

Minggu, 12 Mei 2013

Dari Dwimon





Mitos Melankolia 5/5/13

Minggu (5/5/13) malam, Kongsi Jahat Syndicate yang merupakan salah satu dedengkot kelompok event organizer kreatif untuk musik Indie di Jogja mengadakan gigs berjudul ‘Mitos Melankolia’. Acara yang dihelat di Langgeng Art Foundation (LAF) Garden ini, menghadirkan Sarita Fraya, Melancholic Bitch, dan Sarasvati. Menurut Kongsi Jahat Syndicate gigs ini dilaksanakan dalam rangka release party album Melancholic Bitch dan Sarasvati.
Pukul 19.30 gigs ini dimulai dengan penampilan dari Sarita Fraya yang menyanyikan lima lagu. Bagi yang belom tahu, Sarita Fraya ini adalah seorang perempuan muda dari Semarang yang sedang kuliah di UGM, cakep dan bersuara merdu nan renyah hehe…. Kabarnya dia juga pernah manggung di Java Jazz Festival 2010, keren bukan?

Sumber Foto: Lifeinstage
Malam itu Sarita Fraya membuka gigs dengan sebuah single berjudul “Good Girl”. Kemudian single andalannya, “Twenty Two” yang dibawakannya dengan sangat baik membuat penonton yang memenuhi LAF Garden terlarut bersama nuansa dan melankolis yang disuguhkan :D . Lalu berturut – turut single “Did You Hold Me When I Sleep”, “Always Back To
You”, “Old Man”, dan “Hatred” dibawakan Sarita Fraya, eh ternyata dia juga tengah merilis mini album yang berjudul Imperfectly Perfect di bawah net label Yes No Wave Music.
IMG_20130505_202201
Melancholic Bitch
Setelah penampilan Sarita Fraya yang memukau, kemudian dilanjut Melancholic Bitch. Dedengkot indie band Jogja yang belakangan sudah jarang tampil ini merilis dan mendaur ulang album pertama mereka berjudul “Anamnesis” yang kemudian diberi nama kembali menjadi Re:Anamnesis. Tentunya single – single  lawas yang sering mereka dibawakan diatas panggung sebelumnya seperti “On Genealogy Of  Melancholia”, “Tentang Cinta”, “Requiem”, “Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa” di mix dengan materi – materi pada album Balada Joni dan Susi (BJS) seperti “Mars Penyembah Berhala” dan “Menara” yang menjadi pemuas dahaga para Joni dan Susi (sebutan untuk fans Melancholic Bitch) pada malam itu. Semuanya ikutan sing along, seakan – akan merindui tampilnya band keren ini.

Sumber Foto: Lifeinstage
Ada satu kejadian yang menarik dan menjadi momen yang sangat langka pada saat Ugoran Prasad (Vokalis Melancholic Bitch) mengajak Sarasvati untuk duet menyanyikan lagu “Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa”. Kita semua tahu dan familiar banget jika single tersebut juga ada dan dinyanyikan duet dengan Frau di album Starlit Carousel. Seluruh penonton yang hadir pada malam itu luar biasa surprise dan lagi – lagi ikut sing along sampe selesai.

Sumber Foto: Firdaus Muhammad Fauzi http://therellik.blogspot.com
Kelar Melancholic Bitch, saatnya Sarasvati naik stage. Setelah sekian lama dinanti – nantikan akhirnya Sarasvati tampil juga di Jogja dengan album terbaru mereka Mirror yang dirilis November tahun lalu. Jujur, kesan pertama menurut saya saat Sarasvati mau naik ke stage ini adalah merinding. Gimana tidak,  sayup – sayup alunan tembang “Lingsir Wengi” terdengar mengiringi naiknya para personil Sarasvati satu persatu ke panggung yang bertata cahaya merah temaram. Mungkin nuansa mistis memang sudah menjadi gimmick Sarasvati ini sejak pertama kemunculannya dengan album Story Of Peter. Malam itu Risa Saraswati tampil dengan gaun hitam panjang seperti layaknya vokalis band gothic. Adalah “Fighting Club” yang menjadi lagu pertama dibawakan. Lalu “Haunted Sleep”, “Graveyard”, “Ivanna”, “Aku dan Buih” dan sebuah single yang dinyanyikan duet dengan sang keyboardist, Yura berjudul “Cut and Paste”. Fyi, Yura yang notabene keyboardist nya Sarasvati ini ternyata ikutan ajang cari bakat di tipi yang berjudul The Voice. Hmmm… pantes suaranya juga oke.
IMG_20130505_220636
Yura membawakan “Cut And Paste”
Secara keseluruhan penampilan Sarasvati malam itu sangat atraktif dan mungkin baru pertama kali saya lihat dimana seorang penyanyi yang  memadukan storytelling sebagai pengantar setiap lagu yang dibawakan. Story yang kelam di setiap lagunya tentunya, hal itu meurut saya menambah nilai mistis di setiap lagunya. Hal paling menarik adalah Sarasvati tak canggung dan sesekali berjalan ke tengah-tengah penonton untuk bernyanyi bersama para penggemarnya membuat suasana pertunjukan semakin intim. Beruntungnya juga bagi saya yang ditepuk pundaknya dari belakang sembari si Sarasvati nyanyi. Kaget, merinding tapi seneng hehe.. :D

Sumber Foto: Lifeinstage
Kalo ngomongin beruntung masih ada lagi Sarasvamily (fans Sarasvati) yang paling beruntung, kalo saya ngga salah namanya Sekar. Dia sempet diajakin duet sama Sarasvati untuk nyanyiin single “Oh I Never Know”. Gimana senengnya coba. Konser itu pun ditutup dengan lagu “Story of Peter” yang membuat para sarasvamily bernyanyi bersama. Melihat atmosfer keseluruhan acara, bisa jadi Mitos Melankolia merupakan sebuah gelaran yang tidak akan mudah dilupakan oleh siapapun yang hadir pada malam itu, termasuk saya.

Sarasvamily yang beruntung duet bareng di single “Oh I Never Know”
Sumber Foto: Lifeinstage
IMG_20130505_215247

Rabu, 08 Mei 2013

Dari Owlofi

Melancholic Bitch + Sarasvati = Mitos Melancholia


Mitos Melancholia.

Sebuah Acara musik indie yang digagas oleh Kongsi Jahat Syndicate, dalam Giggs kali ini mempersembahkan penampilan 2 band indie dan seorang soloist yang sudah tidak asing lagi bagi para penikmat musik kalangan indie. Identik dengan sapaan Joni&Susi bagi para pecinta band ini, pasti akan terngiang oleh kita semua tentang nama band  Melancholi Bitch adalah band yang sudah berlalu lalang dari panggung ke panggung dan mereka merupakan sebuah band yang susah susah gampang dalam menikmati live performnya, gimana tidak karena vokalisnya Ugoran Prasad sering berhijrah ke luar negeri untuk menuntut ilmu dan memang kesempatan kali ini tidak bisa disia2kan untuk menonton performnya yang saik abis! dari Melancholic bitch sendiri.





MELANCHOLIC BITCH
Melancholic Bitch yang perform full album re-anamnesis itu perform tanpa drummernya dan diisi oleh adittional playernya walaupun begitu performnya tetap sangat energik dan cukup membuat merinding karena penampilannya yang maksimal membuat para penonton sangat terhibur karena sudah cukup lama juga tidak menonton live performnya melancholic bitch secara utuh seperti malam ini. Tembang -  Tembang andalan seperti  Mars penyembah berhala, 7 Hari Menuju semesta dan masih banyak lagi dibawakan dengan alunan yang fresh dan rasanya malam itu masih kurang untuk mendengarkan perform mereka.



SARASVATI
Band satu ini jauh - jauh didatangkan dari bandung untuk menghibur para penonton, mereka dikenal dengan sebutan Sarasvati. Band ini identik dengan kesan mistis disetiap bait lagunya. Sarasvati sudah cukup dikenal dikalangan pecinta musik indie karena lagu - lagunya yang cukup dalam dengan syarat kehidupannya.


Sarasvati yang membawakan lagu - lagu di album terbaru dan juga tidak ketinggalan dialbum pertama mereka, lagu - lagu yang menjadi andalannya adalah  Story of peter, Bilur dan Perjalanan itu cukup membuat rasa kangen saya terobati karena dulu cuma sekali Sarasvati mengunjungi jogja kala itu ditahun 2011 Dulu dikala itu saya beruntung bisa mendapatkan kenang - kenangan dari Risa Saraswati. Memang bukan cerita lama kalau band ini diidentikan dengan hal - hal supranatural, karena Vocalistnya sendiri memiliki kekuatan spesial yang membuatnya dapat berkomunikasi dengan hal-hal yang kasat mata. Penampilannya malam ini sangatlah membuat terngiang - ngiang kapan bisa mendengarkannya lagi saat live perform.





SARITA FRAYA
Acara Mitos Melancholia dibuka dengan penampilan soloist kelahiran semarang yang menamakan dirinya Sarita Fraya ini sangat membuat hati relax dengan lantunan nyanyian yang ia bawakan, baru pertama kali ini saya melihat Sarita Fraya dan baru tau. Sarita Fraya saat performnya malam ini ditemani juga beberapa personil Risky Summerbe And Honey Thief ternyata yaitu Bassist & Guitarisnya. 



Pertunjukan yang luar biasa dimalam hari ini, Mitos Melancholia membuat penonton menjadi hanyut dibawanya khususnya saya sendiri sangat terhibur dengan perfoming mereka semua. goodluck and goodjob, semoga kita bisa berjumpa lagi. see you / let'sowlofi

Selasa, 07 Mei 2013

Dari KanalTigaPuluh

Review: Mitos Melankolia

Dedengkot komunitas musik Jogja, Kongsi Jahat Syndicate, kembali mengulang kesuksesannya dalam release party Mitos Melankolia, MInggu (5/5) di LAF Garden. Acara ini memanggungkan tiga paket musik dengan nama-nama besar: Sarita Fraya, Melancholic Bitch, dan Sarasvati. Tiket yang dibandrol Rp 50.000,- sudah mulai dijual sejak beberapa minggu sebelumnya dan akhirnya sold out. Kongsi Jahat juga memproduksi tote bag dan kaos Mitos Melancholia dengan desain pohon yang dijual di lapak bersama berbagai merchandise dan rilisan musisi yang bermain malam itu.
Sekitar pukul tujuh area LAF Garden sudah dipadati pengunjung. Uniknya para penonton duduk berlesehan di area rumput di depan panggung. Acara jadi terkesan santai tapi tetap diselubungi atmosfer antusiasme yang tinggi.

Sarita Fraya naik panggung sekitar pukul setengah delapan malam diiringi tiga personel bandnya. Tampil santai dengan sweater warna krim, syal cokelat, dan celana jeans belel, Fraya terlihat mempesona di depan para penonton yang kebanyakan penasaran dengan penampilan penyanyi yang sedang naik daun ini. Fraya sendiri memainkan gitar elektrik di departemen ritme, ditimpali lead guitar dari Erwin, gitaris jazz yang sudah sering terlihat di berbagai pentas musik di Jogja. Dengan suaranya yang berat dan jazzy, Fraya membuai penonton dengan beberapa lagu dari mini albumnya, “Imperfectly Perfect” yang baru saja diluncurkan.

“Lagu ini saya ciptakan ketika saya berulangtahun kedua puluh dua,”katanya tentang “Twenty Two,”. “Lagu ini adalah dialog saya dengan diri sendiri, tentang apa yang harus saya lakukan dan saya sadari ketika saya menjadi duapuluh dua tahun.”
Ia juga mengajak penonton berdialog tentang “Old Man”, sebuah lagu yang ia dedikasikan untuk kakeknya di Semarang. “Ia adalah sosok yang selalu mengagumkan untuk saya, namun membuat saya sedih melihatnya menjadi tua, lemah, dan sering sakit sekarang.” Lagu tersebut dimainkan dengan lead guitar yang rancak dari Erwin.

Setelah Fraya, giliran Melancholic Bitch yang merajai panggung. Ugoran Prasad, ujung tombak pesona band modern rock tersebut, seperti biasa menyulut rokok sebelum melempar lagu pertama “Tujuh Hari Menuju Semesta”. Penonton sebenarnya sudah mulai gelisah ingin berdiri, tetapi mereka tetap duduk di hamparan rumput LAF sambil ikut bernyanyi. Ugo sempat berkomentar tentang “Re-Anamnesis”, perbaharuan dari “Anamnesis” yang dirilis sepuluh tahun yang lalu. “Seperti adegan dalam cerpen-cerpen buruk, ketika… kamu bangun dari tidur yang payah, dan ternyata di tepi ranjangmu ada seseorang. Seseorang yang adalah dirimu sendiri lima belas tahun yang lalu.” ujarnya.
Melancholic Bitch membawakan lagu-lagu terbaik mereka seperti “Nasihat yang Baik”, untuk beberapa anak kecil di backstage yang setia menyaksikan penampilan mereka walau saat itu sudah lewat jam tidur. Ada juga “Mars Penyembah Berhala” yang menurut Ugo memiliki semangat yang sama dengan film “Frekuensi” yang akhir-akhir ini menghebohkan pemerhati televisi Indonesia. Ada juga “Akhirnya Masup, TV” dan “Tentang Cinta” yang selalu dinantikan penonton Si Melbi. Namun yang paling membuat heboh adalah ketika Ugo mulai mengungkit-ungkit tentang lagu “Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa” yang telah dilepas Melancholic Bitch hanya untuk Frau, dan tidak akan dimainkan lagi. Ternyata malam itu, karena permintaan khusus dari Risa Sarasvati, mereka memainkan lagu tersebut kembali berduet dengan sang Risa sendiri. Belum mengenakan kostumnya, Teh Risa menaiki panggung dengan celana hitam dan blouse pink, bukan sebagai Sarasvati namun sebagai penggemar Melancholic Bitch yang terlalu beruntung bisa diajak duet dengan sang idola sendiri. Walau lagu tersebut tidak dimainkan dengan sempurna (“Ketahuan nggak latihan!” ucap Ugo), kejutan tersebut cukup memuaskan penggemar Melbi dan Sarasvati sekaligus. Setelah memainkan beberapa lagu lainnya, Melancholic Bitch menutup pertunjukkan malam itu dengan “Menara” yang dilagukan frontal dan total.

Narasi kocak ala Kongsi Jahat dari MC yang tidak terlihat  mengalihkan perhatian penonton dari panggung yang sedang diset untuk atraksi Sarasvati. Mereka membagi-bagikan hadiah dari sponsor untuk para penonton yang beruntung dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kocak (“Fraya datang dari Semarang ke Jogja. Dalam perjalanan dia ngelewati berapa belokan?”).
Setelah beberapa menit, akhirnya panggung siap untuk Sarasvati. Ketika empat personel berpakaian hitam-hitam siap di posisi masing-masing, mereka mulai memainkan sebuah nada yang mencekam, ditimpali vokal Risa yang merdu tapi mistis, bergaung di sekeliling venue, mengkidungkan “Lingsir Wengi”.

Ketika nada terakhir “Lingsir Wengi” dilagukan, barulah Risa muncul di atas panggung, bertelanjang kaki, mengenakan gaun hitam berkeriapan yang cantik namun tetap mengingatkan kita akan dunia astral yang ia jembatani lewat lagu-lagunya. Ketika tepuk tangan penonton belum reda, Sarasvati mulai memainkan “Fighting Club”. Lagu-lagu berikutnya ada “Haunted Sleep”, “Graveyard”, “Mirror” dan “Solitude”. Penonton dibikin merinding tapi terbuai ketika “Bilur” ia mainkan sambil duduk di tangga panggung LAF. Yura, sang keyboardis dengan vokal jempolan, mengkidungkan rintihan sang arwah dengan bahasa Sunda yang mencekam. Ketika memainkan “Perjalanan”, Risa berjalan di antara para penonton yang duduk, seperti sesosok cantik yang sedih dan menakutkan, berkelebatan di antara orang-orang.

Masih meposisikan diri di antara para penonton yang duduk, Risa mulai mengajari audiens mendendangkan sebuah lagu tentang anak-anak kecil yang membutuhkan pendidikan yang benar. Ketika seluruh LAF Garden sudah mulai hapal dan menyanyikan lagu tersebut dengan kompak, ia berkata “Lagu itu adalah lagu-lagu kesukaan teman-teman hantu saya, Peter, William, Hans, Hendrick dan Janshen. Mungkin jika kalian melagukannya dengan sungguh-sungguh, kelima teman kecil saya akan mendatangi kalian dan mengajak berteman.”

Ia juga sukses melenakan audiens dengan membawakan “Aku dan Buih”, tentang seorang gadis penari yang meninggalkan karir cemerlangnya dan melawan orangtuanya demi menikahi seorang pria beristri. Akhirnya pilihannya membawanya kepada kesengsaraan ketika sang suami berubah menjadi laki-laki penyiksa dan malah meninggalkannya ketika ia sedang hamil. Gadis itu kemudian meninggal ketika melahirkan anaknya yang diberi nama Buih. “Saya berbicara di sini sebagai Canting,”ujar Risa ketika menjelma Canting, si gadis penari, “Dan saya tidak ingin kalian mengkasihani saya. Karena jika semua itu tidak saya alami, Buih tidak akan hadir di dunia ini.”
Risa juga sempat mengajak berduet Mawar, seorang Saras Family dari Jogja, dalam lagu “Oh I Never Know”. Mawar, dengan suaranya yang juga merdu, menyanyikan berbagai part dalam lagu tersebut dengan sempurna sehingga Risa jadi terharu dan berkali-kali memeluknya. Risa sempat rehat menyanyi dalam lagu “Cut and Paste” di mana ia menyerahkan posisi biduan pada Yura sang keyboardis. Penampilan Sarasvati malam itu ditutup dengan “Story of Peter”, salah satu lagu yang paling ditunggu-tunggu para penonton.

Pertunjukan Mitos Melankolia berakhir sekitar pukul sebelas malam. Penonton yang sudah terpuaskan bangkit dari rerumputan dan menuju ke arah meja merchandise di mana Risa akan dihadirkan untuk sesi tanda tangan dan foto bareng. Sambil menunggu Risa beristirahat sejenak di backstage, para penonton menyerbu lapak dan membeli berbagai memorabilia untuk ditandatangani. Tidak lama kemudian, Risa yang dikawal teman-teman Kongsi Jahat muncul di area itu dan segera duduk untuk melayani antrian penggemar yang tidak sabar ingin bersalaman dengan idolanya.
Mitos Melankolia telah terselenggara sebagai sebuah release party yang meriah dan memuaskan. Sekali lagi Kongsi Jahat telah berhasil menunjukkan citra Yogyakarta sebagai kota yang nyaman untuk mampir bermusik.

Melancholic Bitch feat Risa S - Kekasih yang pertama bercinta diluar ang...