Selasa, 24 Maret 2009

Dari masa lalu

Tampaknya linknya sudah hilang. untung masih ada seseorang menyelamatkan artikel ini. sekitar maret 2004.
thanks to POP.

Melancholic Bitch
Zaman yang Kian Menajam

Kompas/hariadi saptono

LUPAKAN pameran melodi dan gairah perkusi dari Santana. Lupakan rembesan nada-nada gelisah yang halus membius dari Michael Franks.
Melancholic Bitch, datang dengan menggapai-gapai gagap-karena naluri eksperimental dan ekspresivitasnya, tetapi lalu seperti menancapkan "duri" di kaki-kaki pengelana bebunyian. Ibarat mobil, Melancholic Bitch adalah jenis pengelana bunyi di medan off-road, liar, ribut, tetapi sungkawa untuk mencapai sasaran.

Padahal, di panggung, mereka bertiga: Yosef Herman Susilo (26 tahun, PC programmer, gitar), Ugoran Prasad (23 tahun, lirik, vokal), serta Teguh Hari (25 tahun, bass), berpenampilan sangat sederhana, nyaris wagu (kikuk-Red) untuk sebuah atraksi, dan jenis musik (baca genre) electronic digital, sebuah genre musik yang mulai berkecambah dalam 10 tahun terakhir, tetapi yang tetap bertahan untuk jadi jenis yang mainstream, atau major.

Minggu malam 31 Maret lalu, grup yang didirikan oleh Yosy (Yosef Herman Susilo) dan Ugo (Ugoran Prasad) tahun 1999 itu, tampil menarik sebagai sebuah genre musik baru, notabene untuk Yogyakarta yang selama ini secara keliru dianggap kurang progresif.

Mengambil tajuk pertunjukan Beta Satin Merah, penampilan Melancholic Bitch dengan sepuluh nomor lagu mereka, merefleksikan sejumlah catatan penting tentang pertumbuhan musik elektronik yang menggejala sejak tahun 1998 di Yogyakarta. Pada sisi lain, itulah gambaran kegerahan anak-anak muda yang berusaha keluar, lepas dari situasi sosial, politik, dan semua keadaan yang tak keruan sejak sebutlah gerakan reformasi yang kian menajam tahun 1998 itu, ternyata tidak menghasilkan apa-apa.

Berangkat dari musik analog, seorang pemain gitar (Yosy), seorang penulis lirik (Ugo), dan sejak setahun terakhir mereka menambah seorang pemain bass (Teguh Hari), dua nomor pertama mereka-sebagaimana mereka akui sendiri- belum menawarkan sensasi kekuatan musik elektronik yang mereka sebut rif-hop.

"Kami terganggu monitor panggung, karena level bunyinya kurang keras," ujar Yosy, yang sekaligus PC programmer pertunjukan.

Baru pada nomor ketiga berjudul Tentang Cinta, serta lagu terakhir Kita Adalah Batu, yang namanya genre musik baru-tidak mudah menjelaskannya dengan sederhana-muncul di situ. Dalam rumusan awak Melancholic Bitch sendiri, jenis rif-hop yang mereka sajikan adalah pertautan baru musik elekronik dengan shadow-pop, rap, drum, and bass, dan jenis eksperimental yang lebih menekankan pencarian bunyi. Harmoni tidak ditentukan oleh nada, tetapi sembarang bunyi, lalu ekspresi menjadi hal yang menonjol.

Trif-hop secara khusus memiliki tonjokan yang kuat, yaitu sebuah latar bunyi monoton, dan beat yang dominan dari perangkat komputer/elektronik, serta-yang rada aneh-ialah suasana melankolik yang mereka pilih dari bebunyian, dan lirik. Mirip house-music, tetapi lebih ada isi, yaitu suasana melankoli.

Suasana ini, mungkin bisa terbayang pada lirik yang diteriakkan Ugo, dalam gaya yang kadang tak umum: berjongkok seperti orang ngejan. Rekuiem, lagu keempat yang mereka tampilkan, antara lain begini: jika tak ada jalan keluar/ pada apa kita akan menghindar/ dan susunan bahasa yang kau enggan/ adalah perca yang ingin kuselesaikan/ jika tak ada lagi suntuk penenang/ pada setiap perih yang kau simpan/ dan seluruh kenangan yang genggam/ menyerap luka yang semakin lama semakin mendalam/ bernafaslah denganku/ kuberjanji kita takkan terengah..../ di akhir bagian, terdengar suara engahan Ugo...

Pada nomor kesepuluh, Aku Adalah Batu, engahan dan rintihan itu menjadi jeritan kesakitan yang ditingkahi bunyi gitar dan seperangkat alat elektronik yang keruh dan kasar: setiap awal musim kita siapkan segelas rasa sakit yang kehilangan/ setiap awal musim kita siapkan semangkuk rasa peih dengan kebencian/ kita akan terjaga selamanya... Mereka, tengah menjeritkan kondisi zaman yang kian menajam.

SEJAK mula menggunakan perangkat komputer dan sample musik dari jaringan Internet, kelahiran Melancholic Bitch sebenarnya merupakan bagian pelembagaan sebuah forum atau medan kreasi para pemusik alaternatif Yogyakarta dan sejumlah kota lain, sejak tahun 1999. Forum itu, kini merangkul 18 grup sejenis se-Indonesia, sejak pergelaran Mencari Harmoni I (Mei 1999), Mencari Harmoni II (Juli 2000), Parkinsound III (Juli 2001), dan Parkinsound IV (19-20 Juli 2002). Progam itu tak bisa dilepaskan dari peran Muhammad Marzuki (23), penggagas berbagai performance dan pemilik Performance Fucktory Yogyakarta yang didirikannya bersama Jompet, Ugo, dan Yossy.

Forum musik alternatif itu, juga Performance Fucktory, maupun Melancholic Bicth, muncul dan melembaga berkat kebesaran hati Pascal Elbaz, Direktur Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta yang memberi tempat dan dukungan. Jadilah, Melancholic Bitch, sebenarnya tak sekadar musik....(hrd)