Kamis, 16 November 2017

Review | Melancholic Bitch: “NKKBS Bagian Pertama” (2017)

 Dari: TelingaKiri

Melancholic Bitch: “NKKBS Bagian Pertama” (2017)

 

Happy families are all alike; every unhappy family is unhappy in its own way.

— Leo Tolstoy

SAYA selalu mengidentifikasi September sebagai bulan horor di Indonesia dan pada tahun ini semakin bertambah seram dan panas: (1) pihak TNI-AD [Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat] menginisiasi pemutaran kembali dan menggelar beberapa acara nobar [nonton bareng] film horor klasik-legendaris berjudul Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI [1984] garapan Arifin C. Noer; (2) beberapa ormas [organisasi massa] menyerang dan membubarkan secara paksa acara musik Asik Asik Aksi di kantor LBH Jakarta yang dianggap memiliki agenda untuk menyebarkan komunisme. September adalah bulan di mana berbagai macam narasi yang ada sejak pertengahan ‘60an sampai sekarang bertemu — narasi yang tumbuh dan berkembang di dalam warung-warung kopi pinggir jalan, tempat rapat partai politik, studio film, ruang diskusi kolektif, kelas-kelas sekolah, sampai bioskop — yang kemudian menggeliat, menyelinap, dan menjelma menjadi wujud-wujud yang berbeda dari ormas sampai berbagai macam catatan kecil di dalam buku pelajaran sekolah. NKKBS Bagian Pertama, album ketiga Melancholic Bitch yang dirilis pada 9 September kemarin, merupakan salah satu produk dari berbagai narasi tersebut. Kata-kata yang ditulis menggunakan pena atau apa pun adalah senjata yang bisa mengalahkan pedang atau bedil, dan pena yang digunakan Melancholic Bitch untuk menulis album ini sangatlah tajam.

NKKBS atau Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera adalah istilah / jargon yang menjadi fondasi di mana rezim Orde Baru pimpinan Soeharto membangun program KB (Keluarga Berencana) yang menggambarkan konsep keluarga ideal bagi masyarakat Indonesia. Melalui KB, secara teoretis Soeharto ingin membatasi keluarga Indonesia hanya dengan dua anak — dan program KB ini menjadi undang-undang pada tahun 1992, sementara semangatnya (keluarga kecil setara dengan jaminan kemakmuran kehidupan harian) menjadi merek dagang yang diobral di sana-sini pada saat itu. Program KB menjadi salah satu program andalan rezim pimpinan Soeharto yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan, pada saat yang bersamaan, memasukkan ideologi politik Orde Baru sampai unit terkecil masyarakat. Negara menyusup sampai ke ranjang tempat orang-orang bercumbu. Melancholic Bitch menghidupkan kembali kredo yang ganas ini dengan mengabadikan akronim dari jargon tersebut (NKKBS) sebagai nama untuk album ketiga mereka.
Konsep album ini cukup garang untuk sebuah rekaman musik — sejarah kelam, masa kanak-kanak, keluarga — namun tidak terlalu asing bagi Melancholic Bitch. Pada tahun 2009, misalnya, Melancholic Bitch merilis album bertajuk Balada Joni dan Susi: sebuah cerita pendek romantis dalam kemasan kritis tentang pasangan kekasih yang hidup dengan susah-payah. Lahir pada akhir ‘70an, Ugoran “Ugo” Prasad — sama seperti nama-nama yang tercantum dalam kredit album NKKBS Bagian Pertama: Yossy Herman Susilo, Yennu Ariendra, Richardus Arditya, Nadya Hatta, dan Danish Wisnu Nugraha — dibesarkan pada zaman rezim Orde Baru masih berkuasa, melakukan observasi pada kenangan dan pengalaman hidup masa kecilnya untuk kemudian mengubahnya menjadi sebuah konsep album yang garang dan ciamik.
Pada trek Aspal, Dukun, sebuah potongan album yang riang dan bersemangat, gambar yang terlukis dalam liriknya tampak buram dan kelam, atau bahkan absurd pada awalnya, namun melalui visi Ugo, lagu ini terasa benar-benar berakar pada kenyataan (“Aspal sampai di kampung terujung. Ini pasti jimat orang kota.”) yang mengisahkan tentang pembangunan desa-desa pada zaman Orde Baru yang malah melahirkan kecemasan dan masalah baru bagi masyarakat desa.
Dan hal semacam itulah yang bisa saya dapatkan dari lagu-lagunya Melancholic Bitch. Kehadirannya yang terputus-putus merupakan primer yang bagus, dan liriknya selalu berhasil merangsang otak untuk berpikir (atau dalam kasus saya setelah mendengarkan lagu-lagunya: membuka aplikasi browser di ponsel-cerdas dan berselancar untuk mencari tahu serta memastikan referensi dan maksud yang ada di dalam lagu-lagunya). Meski berusaha untuk tidak terkesan seperti surat panjang-lebar yang bertele-tele, Ugo menulis lirik-liriknya dengan samar-samar untuk membikin siapa saja yang mendengarnya berpikir dua kali dalam mencerna kata-kata yang ada di dalamnya.
Nomor propulsif Dapur, NKK/BKK mengolok-olok sebuah peraturan yang ditetapkan oleh rezim fasis Orde Baru pada tahun 1977 bernama NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus / Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang ditandai dengan masuknya militer ke kampus-kampus serta dihapuskannya Dewan Mahasiswa, dan lirik lagunya terdengar cukup rumit yang berhasil menyulitkan saya untuk memahami makna konkret yang ingin disampaikannya pada kesempatan mendengarkan yang pertama: seorang “ibu berubah kupu-kupu” di dapur, ada bayi yang lahir prematur dan kemudian “dimakan anjing”; lalu, untuk beberapa alasan, tentara menyerang dan mengepung kota. Menguraikan maksud dari lirik-lirik yang ditulis oleh Ugo membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun hal itu merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan ketimbang menonton sekumpulan orang bebal melakukan hal-hal konyol di televisi atau membaca ujaran kebencian dan hinaan di kolom komentar media-sosial.
Ada juga referensi lain yang dimasukkan oleh Melancholic Bitch di lagu-lagu dalam album NKKBS Bagian Pertama ini: sistem pendidikan yang konyol dan penuh cacat di materi 666, 6; memori dan pengalaman kolektif menonton film propaganda dalam trek Bioskop, Pisau Lipat; kenaikan harga komoditas kebutuhan pokok di nomor Cahaya, Harga; kampanye program diet Empat Sehat Lima Sempurna dalam materi Selat, Malaka; serta hantu-hantu masa kecil, guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila), dan Babinsa (Bintara Pembina Desa) di trek Normal, Moral.
Namun tema yang paling penting di album ini adalah keluarga, sebuah unit terkecil dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Selat, Malaka menyusun ulang kisah Tan Malaka untuk menceritakan tentang anggota keluarga yang pergi meninggalkan rumah, bertemu dengan sebuah ideologi, dan kemudian melahirkan anak-anak revolusi “Empat Sehat Lima Sempurna” yang “kini sudah pada mati sempurna”. Dengan irama yang memabukkan dan melenakan, Trauma, Irama bercerita tentang seorang pelarian yang merindukan rumah dan ibu di kampung halaman setelah mengalami teror dan siksaan mengerikan yang tidak bisa dijelaskan. Titik Tolak, Pelarian menindak-lanjutinya dengan penegasan yang memilukan tentang nasib tidak bisa pulang ke rumah.
Secara musikal, ini merupakan salah satu album musik yang penuh dengan energi liar cum aneh dan mengancam yang pernah saya dengarkan: Trauma, Irama mengajak untuk menyelami kedalaman vokal Ugo, Selat, Malaka memamerkan denting piano yang menari-nari, Normal, Moral dengan ingar-bingar suara gitarnya yang meliuk-liuk. Beberapa lagu diakhiri dengan sembrono, terkadang diselingi suara piano atau organ gereja yang menggelisahkan. Musiknya menyajikan kemarahan yang mematikan dan memberikan penghinaan yang memuaskan di bagian yang tepat, dan di sisi lainnya mengabarkan kesedihan memilukan yang menyesakkan dada. Sialan!
NKKBS Bagian Pertama adalah rekaman musik yang dinamis dan manis, serta mampu melampaui harapan yang disematkan di pundaknya. Melancholic Bitch selama ini dikenal sebagai grup musik yang selalu punya konsep unik, nyeleneh, dan artistik, yang selalu mengajak penggemarnya untuk bersabar dalam penantian. Masa-masa penantian itu selalu mampu ditebus oleh Melancholic Bitch dengan kejutan yang menggelora dan menyenangkan, dan hal itu berbicara tentang kualitas band ini. Album ini bukan cuma sekadar media untuk mengabarkan bahwa Melancholic Bitch masih ada: NKKBS Bagian Pertama merupakan karya estetis dan autentik dari salah satu penulis musik terbaik yang pernah ada di Indonesia yang mencoba menceritakan kembali kenangan masa kecilnya saat hidup di zaman yang doyan mengubah teror menjadi narasi (dan ilusi) melenakan. Jahanam!  [ѧ]
* * * * *
— Daftar lagu NKKBS Bagian Pertama
1) Normal, Moral
2) Cahaya, Harga
3) 666, 6
4) Selat, Malaka
5) Dapur, NKK/BKK
6) Bioskop, Pisau Lipat
7) Aspal, Dukun
8) Trauma, Irama
9) Titik Tolak, Pelarian
10) Peta Langit, Larung
11) Lagu Untuk Resepsi Pernikahan