Kamis, 25 Maret 2010

Dari Detik

Melancholic Bitch Lebih Suka Musiknya Dibatasi
Yulia Dian - hotMusic

Melancholic Bitch (yla/hot) 

Jakarta - Bermusik sebebas-bebasnya ternyata tidak membuat Melancholic Bitch nyaman. Band asal Yogyakarta itu mengaku lebih suka musiknya dibatasi.

Karena itu lahirlah album 'Balada Joni dan Susi', Maret 2010. Dalam album tersebut, track-track yang ada saling berhubungan menjalin sebuah cerita bak skenario film. Proses penggarapan album tersebut pun mengikuti jalan cerita tentang Joni dan Susi yang mereka karang.

"Salah satu pelajaran terbesar teater kebebasan bisa jadi omong kosong. Kalau dibilang bebas, seperti air mengalir arahnya akan ke mana saja malah nggak jelas. Tapi kalau dimasukin ke dalam balon. Maka lebih terarah. Kalau balonnya kepenuhan kan pasti meledak, itulah kebebasan yang sebenarnya," ujar Ugoran Prasad, sang vokalis ketika berbincang dengan detikhot, di Teater Salihara, Jakarta Selatan, Kamis (25/3/2010).

Band yang berawak Yosef Herman Susilo (gitar), Ugoran Prasad (vokal), R. Ardita (bass), Yennu Ariendra (gitar, synth), Pierna Haris (gitar) dan Septian Dwirima (perkusi, laptop) itu bahkan tidak terlalu suka disebut sebagai sebuah band. Lagi-lagi perasaan terkungkung mereka rasakan karena kata-kata band.

"Melancholic Bitch itu kerja kelompok dari kerja-kerja individual," jelas pria berkacamata tersebut.

Duduk bermain musik dan kemudian melahirkan lagu-lagu bertema berbeda untuk satu album, bukanlah ide yang baik menurut mereka. "Duduk jamming jadi lagu sih kayak Dedy Dores nanti," tuturnya sambil bercanda.

Meski albumnya sudah dirilis secara nasional, band yang keukeuh menamai aliran musiknya pop rock itu tidak mau terlalu berharap muluk. Bisa bermusik dan didengar banyak orang sudah cukup bagi mereka. (yla/iy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar