semua video diambil secara diam-diam oleh tukangpisang
Jumat, 26 Maret 2010
Kamis, 25 Maret 2010
Dari Tempo Interaktif
Risky Summerbee dan Melancholic Bitch Sajikan Musik Indie yang Unik
Kamis, 25 Maret 2010 | 08:44 WB
pertunjukan Flight to Dystopia oleh Melancholic Bitch dan Rizky Summerbee & The Honeythief di Teater Salihara. (Komunitas Salihara/Witjak)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Payung warna-warni mengambang di udara dan cahaya sorot lampu berganti-ganti mengiringi lagu syahdu With You dari Risky Summerbee And The Honeythief yang santai sebagai pembuka konser musik indie di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu malam kemarin. Risky Summerbee dikenal sebagai band indie beraliran musik yang khas.
Sikap eksperimental mereka, yang kerap menjadi penyemangat selama proses kreatif, membuat band ini tak monoton. Mulai dari prog-rock, psychedelic, folk-rock, hingga soul, telah dijajal band yang digawangi Risky (vokal), Erwin Zubiyan (gitar), Nadya Hatta (piano), Doni Kurniawan (bass), dan Warman Sanjaya (drum). Band yang pernah tampil memeriahkan pesta rock Java Rocking Land 2009 tersebut telah merilis album bertajuk The Place I Wanna Go.
Band kedua yang tampil malam itu adalah Melancholic Bitch. Kiprah band ini acap disebut sebagai band "hantu" -- karena karyanya lebih sering didengar ketimbang aksi mereka di pentas. Boleh dikata, band ini jarang tampil di pentas. Band ini beranggotakan Yosep Herman (gitar), Ugoran (vokal), R.Ardita (bass), Yennu Ariendra (gitar), Pierna Haris (gitar), dan Septian (perkusi).
Padahal jejak mereka pernah terekam di beberapa gelaran musik akbar. Seperti Art Summit Jakarta 2004 dan Insomnia48 di Singapura pada tahun yang sama. Ada benang merah yang menyatukan kedua band tersebut. Yang jelas, penampilan Melancholic Bitch di Salihara malam itu cukup memukau.
Antara Risky Summerbee dan Melancholic Bitch ada kesamaan dalam perjalanan bermusik mereka. Kedua band indie tersebut sama-sama pernah menggelar kolaborasi dengan Teater Garasi, Yogyakarta.
@
Aguslia Hidayah
Sikap eksperimental mereka, yang kerap menjadi penyemangat selama proses kreatif, membuat band ini tak monoton. Mulai dari prog-rock, psychedelic, folk-rock, hingga soul, telah dijajal band yang digawangi Risky (vokal), Erwin Zubiyan (gitar), Nadya Hatta (piano), Doni Kurniawan (bass), dan Warman Sanjaya (drum). Band yang pernah tampil memeriahkan pesta rock Java Rocking Land 2009 tersebut telah merilis album bertajuk The Place I Wanna Go.
Band kedua yang tampil malam itu adalah Melancholic Bitch. Kiprah band ini acap disebut sebagai band "hantu" -- karena karyanya lebih sering didengar ketimbang aksi mereka di pentas. Boleh dikata, band ini jarang tampil di pentas. Band ini beranggotakan Yosep Herman (gitar), Ugoran (vokal), R.Ardita (bass), Yennu Ariendra (gitar), Pierna Haris (gitar), dan Septian (perkusi).
Padahal jejak mereka pernah terekam di beberapa gelaran musik akbar. Seperti Art Summit Jakarta 2004 dan Insomnia48 di Singapura pada tahun yang sama. Ada benang merah yang menyatukan kedua band tersebut. Yang jelas, penampilan Melancholic Bitch di Salihara malam itu cukup memukau.
Antara Risky Summerbee dan Melancholic Bitch ada kesamaan dalam perjalanan bermusik mereka. Kedua band indie tersebut sama-sama pernah menggelar kolaborasi dengan Teater Garasi, Yogyakarta.
@
Aguslia Hidayah
Dari Detik
Melancholic Bitch Lebih Suka Musiknya Dibatasi
Yulia Dian - hotMusic
Jakarta - Bermusik sebebas-bebasnya ternyata tidak membuat Melancholic Bitch nyaman. Band asal Yogyakarta itu mengaku lebih suka musiknya dibatasi.
Karena itu lahirlah album 'Balada Joni dan Susi', Maret 2010. Dalam album tersebut, track-track yang ada saling berhubungan menjalin sebuah cerita bak skenario film. Proses penggarapan album tersebut pun mengikuti jalan cerita tentang Joni dan Susi yang mereka karang.
"Salah satu pelajaran terbesar teater kebebasan bisa jadi omong kosong. Kalau dibilang bebas, seperti air mengalir arahnya akan ke mana saja malah nggak jelas. Tapi kalau dimasukin ke dalam balon. Maka lebih terarah. Kalau balonnya kepenuhan kan pasti meledak, itulah kebebasan yang sebenarnya," ujar Ugoran Prasad, sang vokalis ketika berbincang dengan detikhot, di Teater Salihara, Jakarta Selatan, Kamis (25/3/2010).
Band yang berawak Yosef Herman Susilo (gitar), Ugoran Prasad (vokal), R. Ardita (bass), Yennu Ariendra (gitar, synth), Pierna Haris (gitar) dan Septian Dwirima (perkusi, laptop) itu bahkan tidak terlalu suka disebut sebagai sebuah band. Lagi-lagi perasaan terkungkung mereka rasakan karena kata-kata band.
"Melancholic Bitch itu kerja kelompok dari kerja-kerja individual," jelas pria berkacamata tersebut.
Duduk bermain musik dan kemudian melahirkan lagu-lagu bertema berbeda untuk satu album, bukanlah ide yang baik menurut mereka. "Duduk jamming jadi lagu sih kayak Dedy Dores nanti," tuturnya sambil bercanda.
Meski albumnya sudah dirilis secara nasional, band yang keukeuh menamai aliran musiknya pop rock itu tidak mau terlalu berharap muluk. Bisa bermusik dan didengar banyak orang sudah cukup bagi mereka. (yla/iy)
Yulia Dian - hotMusic
Melancholic Bitch (yla/hot)
Jakarta - Bermusik sebebas-bebasnya ternyata tidak membuat Melancholic Bitch nyaman. Band asal Yogyakarta itu mengaku lebih suka musiknya dibatasi.
Karena itu lahirlah album 'Balada Joni dan Susi', Maret 2010. Dalam album tersebut, track-track yang ada saling berhubungan menjalin sebuah cerita bak skenario film. Proses penggarapan album tersebut pun mengikuti jalan cerita tentang Joni dan Susi yang mereka karang.
"Salah satu pelajaran terbesar teater kebebasan bisa jadi omong kosong. Kalau dibilang bebas, seperti air mengalir arahnya akan ke mana saja malah nggak jelas. Tapi kalau dimasukin ke dalam balon. Maka lebih terarah. Kalau balonnya kepenuhan kan pasti meledak, itulah kebebasan yang sebenarnya," ujar Ugoran Prasad, sang vokalis ketika berbincang dengan detikhot, di Teater Salihara, Jakarta Selatan, Kamis (25/3/2010).
Band yang berawak Yosef Herman Susilo (gitar), Ugoran Prasad (vokal), R. Ardita (bass), Yennu Ariendra (gitar, synth), Pierna Haris (gitar) dan Septian Dwirima (perkusi, laptop) itu bahkan tidak terlalu suka disebut sebagai sebuah band. Lagi-lagi perasaan terkungkung mereka rasakan karena kata-kata band.
"Melancholic Bitch itu kerja kelompok dari kerja-kerja individual," jelas pria berkacamata tersebut.
Duduk bermain musik dan kemudian melahirkan lagu-lagu bertema berbeda untuk satu album, bukanlah ide yang baik menurut mereka. "Duduk jamming jadi lagu sih kayak Dedy Dores nanti," tuturnya sambil bercanda.
Meski albumnya sudah dirilis secara nasional, band yang keukeuh menamai aliran musiknya pop rock itu tidak mau terlalu berharap muluk. Bisa bermusik dan didengar banyak orang sudah cukup bagi mereka. (yla/iy)
Minggu, 14 Maret 2010
Mentas oi.
+ Superbad @ Jaya Pub (jl. MH. Thamrin), 21 Maret 2010 19.00-23.00 +
+ melancholic b1tch dan Risky Summerbee & the Honeythief perform di Salihara Jakarta tgl 24/03/2010, Reservation Ticket 021-7891202, 0817-077-1913 or log on http://bit.ly/aau1An |+
+ 04 April 2010 "Kickfest Yogyakarta" @ JEC Yogyakarta.+
+ melancholic b1tch dan Risky Summerbee & the Honeythief perform di Salihara Jakarta tgl 24/03/2010, Reservation Ticket 021-7891202, 0817-077-1913 or log on http://bit.ly/aau1An |+
+ 04 April 2010 "Kickfest Yogyakarta" @ JEC Yogyakarta.+
Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa
Saya melihat mereka, Frau dan Ugoran Prasad berduet pertama kali di acara launching album Balada Joni dan Susi milik Melancholic Bitch, bulan November 2009 di Jogjakarta. Tampil hanya dengan iringan piano, mereka berdua membawakan lagu "Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa". Airmata saya mengambang saat mendengar lagu tersebut. Mungkin karena saya sangat suka Melancholic Bitch dan lagu itu adalah salah satu track favorit saya tapi mungkin juga karena entah kenapa rasa lagu itu begitu pas, mengharukan dan membuat ingin langsung menyatakan kalau saya sayang pada kekasih saya yang sedihnya saat itu tidak menonton pertunjukan bersama saya.
Sesudah itu saya langsung sibuk mencari tahu siapa perempuan yang menyanyi bersama Ugo malam itu. Saya hanya tahu nama panggungnya Frau dan sebelum dia membawakan lagu Sepasang Kekasih, dia menyanyikan lagu Mesin Penenun Hujan. Setelah berselancar di dunia maya, akhirnya saya tahu bahwa namanya Leilani Hermiasih, masih sangat muda usianya, baru lewat duapuluhan, pemain kibor di sebuah band metal Jogjakarta, The Southern Beach Terror dan pemain bass di Essen Und Blood, band yang saya tidak tahu musiknya seperti apa.
Mencari lagunya saat itu bukan hal mudah karena memang dia belum merilis albumnya. Saya cuma berhasil mendapatkan versi demo Mesin Penenun Hujan dan I'm a Sir. Rasa penasaran saya sedikit terobati ketika mendapat bocoran dari salah seorang teman baik saya yang memberi versi demo Sepasang Kekasih di awal Februari 2010. Rencana rilisnya mundur dari akhir Februari menjadi bulan Maret dan akhirnya tanggal 11 Maret 2010, secara gratis, mini album Starlit Carousel berisi enam lagu bisa di unduh lewat netlabel Yes No Wave.
Diluar kualitas rekamannya yang menurut saya masih belum benar-benar final ***, secara lagu, sulit mencari kekurangan dari sesuatu yang sudah disukai semenjak pertama kali melihat dan mendengarnya. Hal ini juga berlaku untuk mini album ini. Enam track yang ditawarkan Frau begitu manis dan menggoda, nakal yang membuat gemas seperti melihat gadis kecil yang sedang bermain-main dengan pianonya.
Semua track di mini album ini adalah favorit saya. Sepasang Kekasih karena saya juga sangat suka Melancholic Bitch dan karena versi ini juga tidak kalah bagus dari lagu aslinya, secara otomatis sudah jadi salah satu track kesayangan saya. Salahku, Sahabatku dan Rat dan Cat karena keduanya menyelipkan tambahan suara. Ada suara kibor tambahan Nadia Hatta di Salahku, Sahabatku dan suara nakal Wok The Rock yang ikut bermain seperti kakak si gadis kecil di Rat and Cat. Mesin Penenun Hujan dan I'm a Sir sebelumnya sudah cukup lama mengendap di memori playlist saya dan Glow, track terakhir dari Frau, berfungsi seperti penggenap dari lima lagu sebelumnya, track penutup yang begitu manis dan sangat cocok untuk menemani sore hari gerimis sembari menunggu rendez-vous dengan kekasih di pojok kota.
Frau, saya ucapkan selamat untuk rilis albumnya, terimakasih untuk Starlit Carousel yang begitu indah. Saya mendaftar menjadi fansmu.
* Bagi yang belum pernah mendengar, Frau bisa di download disini : Starlight Carousel
** Kalau ada yang bertanya mengapa tulisan ini muncul di blog ini, itu karena Lagu Melancholic Bitch yang terselip di albumnya Frau
*** akhirnya penjelasan kalimat ini saya temukan diempunya yang ngurusin soal suara: disini : 3dbindonesia
katanya otakatik volume player kamu, jangan malas.
Langganan:
Postingan (Atom)