Jumat, 20 November 2009

Dari Rolling Stones

Jumat, 20 November 2009 17:01 WIB    
Oleh : Soleh Solihun

Foto : Soleh Solihun
Bookmark and Share
Setelah sepuluh tahun usianya, mereka berniat untuk lebih memperbaiki manajemen.
Yennu Ariendra [electric guitar, synth, laptop], dari kelompok musik Melancholic Bitch atau Melbi hanya bisa cengengesan ketika seniman Djaduk Ferianto bertanya padanya soal album terbaru mereka, Balada Joni dan Susi di Pendopo Padepokan Seni Yayasan Bagong Kussudihardjo, Yogyakarta, Kamis [19/10] pukul delapan malam. Hanya Ugoran Prasad [vokal, penulis lirik] yang lebih artikulatif ketika ditanya Djaduk soal konsep album itu. “Kisah Joni dan Susi biarlah jadi milik semuanya. Biar semua punya interpretasi masing-masing soal kisah itu,” kata Ugo.
Malam itu, Melbi mengadakan peluncuran album Balada Joni dan Susi. Lokasi itu dipilih setelah Djaduk menawarkan padepokannya kepada Melbi. Mereka merekam album itu di studio KUA ETNIKA. Yossy, juga sound engineer di sana. Akhirnya, Kongsi Jahat Syndicate, kolektif dari Jogja yang reputasinya dalam menggelar banyak event di Jogja sudah kesohor, menerima tawaran Djaduk dan menggelar peluncuran album Melbi di sana.
Selain Ugo dan Yennu, menurut catatan di sampul CD-nya, Melbi adalah: Teguh Hari Prasetya [studio works, 2007], Yossy Herman Susilo [electric—acoustic guitar, mix-engineer, voice], Septidan Dwirima [drum, laptop], dengan para kolaborator: Pierna Haris [guitar on stage performance], Richardus Ardita [bass, voice], dan Andy Xeno Aji [graphic, drawing]. Dan malam itu, Melbi mengajak beberapa bintang tamu untuk mengisi peluncuran album: Jamaludin Latief [Teater Garasi], Theo Christanto [Teater Garasi], Frau, Army [Crossbottom], Oky Gembuz [Mock Me Not], dan Silir seorang mantan penyanyi dangdut yang diajak bergabung oleh padepokan itu.
“Bagaimana kalian memandang manajemen band?” tanya Djaduk.
“Memang, harus diakui, selama sepuluh tahun ini, kami belum memperhatikan dengan baik soal manajemen, itu sebabnya sekarang akan kami perbaiki. Juga supaya distribusi album kami bisa tersalurkan dengan baik,” kata Ugo.
Untuk band yang sudah berumur sepuluh tahun dan pernah merilis album sebelumnya, nama Melbi memang belum sepopuler band lain dari Jogja. Album mereka sebelumnya, Anamnesis, hanya beredar terbatas dalam bentuk kaset. Di album Balada Joni dan Susi, Melbi sepertinya ingin memperbaiki itu. Mereka bekerjasama dengan Demajors demi distribusi yang lebih baik.
Peluncuran album dibuka dengan penampilan dua seniman dari Teater Garasi yang memakai baju koko dan sarung. Seorang membawa peralatan karaoke portable tipikal pengamen dan menyanyikan lagu lama milik Melbi. Seorang lagi, membawa kotak amal, tipikal peminta sumbangan di jalan-jalan. Setelah aksi “pengumpulan dana” itu, Frau jadi penampil pertama. Frau adalah proyek solo dari Lani, kibordis yang juga tergabung di band surf rock/rockabilly dari Jogja, Southern Beach Terror.
Konser hanya berjalan kurang lebih dua jam. Melbi hanya membawakan lagu-lagu dari album Balada Joni dan Susi. Bahkan permintaan encore pun tak dikabulkan. Ugo merasa, tak ada lagu lama mereka yang bisa cocok dengan lagu-lagu dari album terbaru mereka. Lagipula, Balada Joni dan Susi, adalah album konsep yang agaknya akan kacau atmosfernya jika dimasukkan lagu lain. Ugo, mengatakan ada dua album yang jadi inspirasi besar dalam pembuatan album itu: The Wall milik Pink Floyd dan Badai Pasti Berlalu.
Konser ditutup dengan sesi foto dan permintaan tanda tangan. Yossy malu-malu membubuhi tanda tangan di album yang disodorkannya.
“Masih belum terbiasa begini-begini,” katanya.
“Harus mulai dibiasain tuh!” kata seorang teman yang ada di dekatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar