Minggu, 06 Desember 2009

Dari Suara Merdeka

Balada Joni dan Susi

Album yang Bercerita

SEBUAH perjalanan hidup sepasang kekasih, dipresentasikan ke dalam musik. Kisah-kisah yang dialami, seolah ingin dinarasikan dengan apik dalam balutan lirik yang beraroma sastrawi, diselimuti dengan musik yang bernuansa psikodelik.

Terinspirasi dari kehidupan pinggiran kota di pesisir utara Jawa, Melancholic Bitch, band asal Yogyakarta, menyusupkan nuansa musik pantura/dangdut koplo, etnik, dan elektronik, ke dalam album terbarunya, Balada Joni dan Susi.
Berbeda dengan album pertama mereka sebelumnya, Anamnesis, Melancholic Bitch (Melbi) menawarkan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan album sebelumnya. Dengan tidak meninggalkan genre modern rock yang menjadi pondasi musik mereka. Melbi menambahkan aroma-aroma lain ke dalam album ini, karena keduabelas lagu yang ada di dalamnya, memuat kisah perjalanan sepasang kekasih ini. Ini merupakan sebuah konsep baru dalam musik. Mereka ingin menghadirkan konsep bernarasi, atau bercerita melalui album ini, seperti membaca sastra dalam bentuk musik.

Yang diangkat ke dalam Balada Joni dan Susi adalah kisah kehidupan sehari-hari. Band yang sudah berusia 10 tahun ini, ingin menyuguhkan konsep realis ke dalam albumnya. Sebuah album yang bisa bercerita, seperti membaca cerpen. Maka hadirlah kisah yang direpresentasikan lewat sepasang kekasih. Tentang pengalaman dan kehidupan mereka ketika berjalan-jalan di daerah pinggiran hingga masuklah unsur musik ala disko/ dangdut pantura sebagai pemanis ke dalam lagu mereka, ”Distopia”, yang berduet dengan Silir, seorang biduanita tradisional (sinden).  

Melbi yang beranggotakan Yennu Ariendra (gitar, synth, laptop), Ugoran Prasad (vokal, penulis lirik), Teguh Hari Prasetya (studio works, 2007), Yossy Herman Susilo (electric-acoustic guitar, mix-engineer, vokal), dan Septidan Dwirima (drum, laptop), turut menggandeng beberapa musisi dalam album ini. Seperti Pierna Haris, Richardus Ardita, Andy Xeno Aji, dan Silir, pada lagu ”Distopia”. Seakan ingin memiliki nada-nada yang memorable, musikalitas pada seluruh lagu di album ini, banyak terpengaruh dari lagu-lagu Indonesia lawas, terutama pada lagu ”Selamat Tidur Susi”.

Kedekatan Melbi dengan para seniman di padepokan Seni Yayasan Bagong Kussudihardjo Yogyakarta milik Djaduk Ferianto, membuat mereka mengadakan peluncuran albumnya di padepokan tersebut atas tawaran si pemilik, setelah sebelumnya mereka melakukan rekaman album di studio Kua Etnika. Ingin membuat suasana panggung selayaknya pementasan teater, pada acara launching yang berlangsung pada Oktober kemarin,

***

PERSONEL Melbi juga berkolaborasi dengan beberapa musikus dan seniman, seperti Jamaludin Latief (Teater Garasi), Theo Christanto (Teater Garasi), Frau, Army (Crossbottom), dan Oky Gembuz (Mock Me Not) untuk membuat suasana panggung menjadi lebih teatrikal. ”Tapi ini masih berupa pre-launching pertunjukan teater musik yang kita ingini,” ujar Yennu, ”Kita berencana menggelar pertunjukan teater musik secara utuh tentang Balada Joni dan Susi. Mungkin baru bisa terealisasi bulan Maret tahun depan,” katanya. Mereka merasa, pertunjukan semacam ini, masih sulit diterima masyarakat. Karena itu, mereka memperkenalkannya secara bertahap.

Setelah sepuluh tahun berkarya, lewat album ke-duanya ini, mereka ingin mengangkat musik Indonesia pinggiran, sekaligus mereka ingin merangkul pasar yang lebih luas, terlepas dari ketidaktahuan -atau ketidakpedulian- dalam membaca tren pasar. Menurut Yennu, secara keseluruhan, album ini jauh lebih bisa diterima dan dicerna oleh para fans mereka. Akan tetapi, tetap pasar yang (masih) sedkit segmented. Karena tidak semua orang bisa langsung mencerna musik mereka. Karena dari awal mereka berdiri, yang mereka kedepankan adalah idealisme dalam bermusik, sehingga tidak sekadar berpikir tentang laku (di pasaran), tapi bagaimana membuat musik yang jauh lebih berkualitas.

Mengenai lirik yang sengaja dibikin bertutur secara narasi, Yennu mengaku, supaya orang-orang bisa memahami jalan ceritanya. Dan bahkan pada saat peluncuran album kemarin, banyak fans yang antusias dengan ber-sing-along, malah beberapa diantaranya sampai membawa print teks lagu Melbi.

Untuk semakin mendekatkan hubungan dengan para fans-nya, dalam setiap penggarapan lagu, mereka memberlakukan semacam open source; mereka sharing lewat dunia maya. Dan ini berjalan sangat efektif, melihat banyak sekali yang antusias, kemudian ikut terlibat (dalam penggarapannya). Dan dari segi distribusi, Melbi yang berada di bawah label Dialectic Recording, bekerjasama dengan Demajors untuk menyebarkan Balada Joni dan Susi secara nasional. Sudah saatnya orang-orang se-Indonesia tau bahwa ada band yang -bagus- seperti ini. Yang menyampaikan kritikan tentang kehidupan sosial lewat lirik yang sastrawi, lewat kisah Joni dan Susi. (73)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar