Rabu, 30 Agustus 2017

Melancholic Bitch. NKKBS Bagian Pertama






Pada NKKBS Bagian Pertama
Ada kemarahan. Ada rasa putus asa. Ada kesedihan. Getir. Sedikit humor. Tapi terutama ada kesadaran penuh bahwa meski kita tidak bisa mengubah dunia, kita sedikitnya selalu bisa bersuara. 
Seburuk apapun situasinya, meski kadang ada bisikan kecil yang bicara bahwa harapan bisa jadi adalah tipuan, harapan selalu menjadi harapan. Meski rapuh. Dan kita tetap terus berjalan.

Butuh sekitar 416 hari rabu setelah BJS, Melancholic Bitch kembali menyapa lewat single pertamanya, "Bioskop, Pisau Lipat". Mengangkat tema yang susah sekali untuk populer karena dibuat menjadi hantu yang begitu menakutkan, mereka membungkusnya dengan kalimat yang puitis. Menarik seluruh ingatan pada pagi yang terik, ketika murid-murid sekolah dasar diharuskan mengikuti kegiatan menonton film G30S PKI ke bioskop. "Kami pakai bendera sebagai seragam. Ketika digelandang ke bioskop jam Sembilan". Ah, adakah yang tahu bagaimana caranya menghapus ingatan yang menerap di kepala setelah bertahun-tahun selalu diberi makan, dicuci otak, diberi dongeng tentang sosok mengerikan  bernama partai komunis indonesia? 

Setelah mendengar singlenya, langkah kedua kemudian dilakukan. Mendengarkan seluruh lagu dalam albumnya. Saya, adalah salah satu orang yang beruntung bisa mendengarnya sebelum albumnya rilis tanggal 9 September nanti. Begitu mendengar dan berusaha menangkap liriknya meski sedikit kerepotan karena tanpa teks, saya akan bilang bahwa ini adalah album generasi 90-an yang pernah mengalami masa dengan taat dan patuh menerima seluruh dogma dan pelajaran yang didapat ketika duduk di bangku sekolah. Angkatan mana yang terakhir menyebut Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Moral Pancasila? 

Melancholic Bitch menerjemahkan itu semua lewat lirik yang ketika didengar rasanya seperti mendengarkan temanmu mengomel karena baru tahu tentang busuknya pelajaran yang sempat dicicip disekolah. Yang melahirkan generasi yang serba bingung dan tidak punya kepastian untuk melangkah. Yang tidak punya kebudayaan. Yang ingin bebas tapi takut neraka. Ingin beriman tapi tahu bahwa iman saja tidak cukup untuk membayar cicilan rumah yang makin melangit. Yang kemudian setengahnya menjadi membaca lebih banyak dan tahu lebih banyak tentang bagaimana caranya, bukan menghapus ingatan tapi melihat ingatan tersebut dan membetulkan hal-hal yang salah. Lalu ada setengah lagi yang mengamini dongeng raja yang berkeliling dengan keadaan telanjang tapi selalu percaya bahwa dia mengenakan pakaian yang paling bagus karena itu yang selalu dibisikan oleh penasihat kepercayaannya.  Bagaimana kita mau berjalan kedepan dan memafkan, jika kita tidak pernah mau berkaca, berdamai dengan masa lalu?

Saya adalah bagian dari generasi bingung itu. Maka banyak hal-hal yang dibicarakan di album NKKBS Bagian Pertama dengan mudah dinikmati oleh telinga saya. Keriuhrendahannya. Runyam dan rumitnya. Pedas dan tajamnya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah kenapa ingatan dan kegelisahannya muncul sekarang? Bisakah, suara-suara ini didengar oleh generasi yang lahir paska akhir 80-an? Bisakah semua ini menarik diri kembali pada ingatan tentang kenapa, begitu banyak dari kita ada di tengah jalan ketika tahun 98? Kenapa aksi kamisan sampai ada didepan istana? Kenapa, kita semua masih ada di sini, dengan hantu-hantu yang sama. Negara yang selalu saja gagal hadir dalam peristiwa-peristiwa pentingnya. NKKBS Bagian Pertama bisa jadi penting atau remeh seperti berita yang kita tangkap sehari-hari. Kalimat semacam adik kecil lahir prematur. Kota sudah dikepung tentara. Aspal sampai di kampung terujung. Babinsa. Bahaya anjing gila. Hantu. Mendengar album ini, saya juga jadi punya pertanyaan, siapa yang diantara kita sekarang yang masih waras?

Albumnya bagus. Karena membuat saya menulis agak panjang setelah sekian lama saya tidak pernah menulis sepanjang ini. Bahkan melenceng jauh dari pembicaraan tentang musiknya. Untuk saya yang pengetahuan musiknya hampir nol karena memang buta nada, musik dan liriknya menjadi satu kesatuan yang membuat telinga kecanduan untuk mendengarnya lagi, lagi dan lagi. Melancholic Bitch memang menyebalkan. Seperti yang saya tuliskan pada sebuah kanal permbicaraan digital pada pertanyaan yang dilontarkan pertama kali mengenai pendapat saya tentang single pertama mereka, "lirik kayak gini kayaknya cuma punya Melancholic Bitch. Band lain ga ada yang kelasnya sama. Ngga ada yang representasinya kayak kalian."

Oke. Saya harus berhenti sebelum terdengar seperti penggemar yang terlampau genit karena kebanyakan memuji. 

Selamat atas rilisnya single dan albumnya nanti tanggal 9 September, juga semoga konsernya berjalan lancar. Semoga rencana saya menyambangi
Yogyakarta nanti, juga berhasil. Saya tidak sabar mendengar 11 track dari album ini dibawakan live dan mencengkeram penonton-penontonnya. Semoga juga menggores hati banyak orang, dalam-dalam.

Sampai jumpa.

Ditulis oleh salah seorang penghuni omu sebagai catatan untuk band yang akhirnya konser lagi ini.,
Boit.  



2 komentar:

  1. Mbak Boit kalau udah ada liriknya ditunggu ya (biar di penampilan selanjutnya singalongnya juga gak ngarang-ngarang banget hehe (selain fakta betapa signifikannya lirik-lirik melbi))

    BalasHapus
  2. salam..
    saya juga pendengar SiMelBi dari pedalaman Kalbar..
    Reviewnya sangat menarik mbak..

    BalasHapus