Ada kemarahan. Ada rasa putus asa. Ada
kesedihan. Getir. Sedikit humor. Tapi terutama ada kesadaran penuh bahwa meski
kita tidak bisa mengubah dunia, kita sedikitnya selalu bisa bersuara.
Seburuk apapun situasinya, meski kadang ada
bisikan kecil yang bicara bahwa harapan bisa jadi adalah tipuan, harapan selalu
menjadi harapan. Meski rapuh. Dan kita tetap terus berjalan.
Butuh sekitar 416 hari rabu setelah BJS,
Melancholic Bitch kembali menyapa lewat single pertamanya, "Bioskop, Pisau
Lipat". Mengangkat tema yang susah sekali untuk populer karena dibuat
menjadi hantu yang begitu menakutkan, mereka membungkusnya dengan kalimat yang
puitis. Menarik seluruh ingatan pada pagi yang terik, ketika murid-murid
sekolah dasar diharuskan mengikuti kegiatan menonton film G30S PKI ke bioskop. "Kami pakai bendera sebagai
seragam. Ketika digelandang ke bioskop jam Sembilan". Ah, adakah yang tahu
bagaimana caranya menghapus ingatan yang menerap di kepala setelah
bertahun-tahun selalu diberi makan, dicuci otak, diberi dongeng tentang sosok
mengerikan bernama partai komunis indonesia?
Setelah mendengar singlenya, langkah kedua kemudian dilakukan.
Mendengarkan seluruh lagu dalam albumnya. Saya, adalah salah satu orang yang
beruntung bisa mendengarnya sebelum albumnya rilis tanggal 9 September nanti.
Begitu mendengar dan berusaha menangkap liriknya meski sedikit kerepotan karena
tanpa teks, saya akan bilang bahwa ini adalah album generasi 90-an yang pernah
mengalami masa dengan taat dan patuh menerima seluruh dogma dan pelajaran yang
didapat ketika duduk di bangku sekolah. Angkatan mana yang terakhir menyebut
Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Moral Pancasila?
Melancholic Bitch menerjemahkan itu semua lewat lirik yang ketika
didengar rasanya seperti mendengarkan temanmu mengomel
karena baru tahu
tentang busuknya pelajaran yang sempat dicicip disekolah.
Yang melahirkan generasi yang serba bingung dan tidak punya kepastian untuk
melangkah. Yang tidak punya kebudayaan. Yang ingin bebas tapi takut neraka.
Ingin beriman tapi tahu bahwa iman saja tidak cukup untuk membayar cicilan
rumah yang makin melangit. Yang kemudian setengahnya menjadi membaca lebih banyak dan
tahu lebih banyak tentang bagaimana caranya, bukan menghapus ingatan tapi
melihat ingatan tersebut dan membetulkan hal-hal yang salah. Lalu ada setengah lagi yang mengamini dongeng raja yang berkeliling dengan keadaan
telanjang tapi selalu percaya bahwa dia mengenakan pakaian yang paling bagus
karena itu yang selalu dibisikan oleh penasihat kepercayaannya. Bagaimana
kita mau berjalan kedepan dan memafkan, jika kita tidak pernah mau berkaca,
berdamai dengan masa lalu?
Saya adalah bagian dari generasi bingung
itu. Maka banyak hal-hal yang dibicarakan di album NKKBS Bagian Pertama dengan
mudah dinikmati oleh telinga saya. Keriuhrendahannya. Runyam dan rumitnya.
Pedas dan tajamnya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah kenapa
ingatan dan kegelisahannya muncul sekarang?
Bisakah, suara-suara ini didengar oleh generasi yang lahir paska akhir 80-an?
Bisakah semua ini menarik diri kembali pada ingatan tentang kenapa, begitu
banyak dari kita ada di tengah jalan ketika tahun 98? Kenapa aksi kamisan
sampai ada didepan istana? Kenapa, kita semua masih ada di sini, dengan
hantu-hantu yang sama. Negara yang selalu saja gagal hadir dalam peristiwa-peristiwa pentingnya. NKKBS Bagian Pertama bisa jadi penting atau remeh seperti berita
yang kita tangkap sehari-hari. Kalimat semacam adik kecil lahir prematur. Kota
sudah dikepung tentara. Aspal sampai di kampung terujung. Babinsa. Bahaya
anjing gila. Hantu. Mendengar album ini, saya juga jadi punya pertanyaan, siapa
yang diantara kita sekarang yang masih waras?
Albumnya bagus. Karena membuat saya menulis agak panjang setelah
sekian lama saya tidak pernah menulis sepanjang ini. Bahkan melenceng jauh dari
pembicaraan tentang musiknya. Untuk saya yang pengetahuan musiknya hampir nol
karena memang buta nada, musik dan liriknya menjadi satu kesatuan yang membuat
telinga kecanduan untuk mendengarnya lagi, lagi dan lagi. Melancholic Bitch
memang menyebalkan. Seperti yang saya tuliskan pada sebuah kanal permbicaraan
digital pada pertanyaan yang dilontarkan pertama kali mengenai pendapat saya
tentang single pertama mereka, "lirik kayak gini kayaknya cuma punya
Melancholic Bitch. Band lain ga ada yang kelasnya sama.
Ngga ada yang representasinya kayak kalian."
Oke. Saya harus berhenti sebelum terdengar
seperti penggemar yang terlampau genit karena kebanyakan memuji.
Selamat atas rilisnya single dan albumnya nanti tanggal 9 September, juga semoga konsernya berjalan lancar. Semoga rencana saya menyambangi Yogyakarta nanti, juga berhasil. Saya tidak sabar mendengar 11 track dari album ini dibawakan live dan mencengkeram penonton-penontonnya. Semoga juga menggores hati banyak orang, dalam-dalam.
Sampai jumpa.
Ditulis oleh salah seorang penghuni omu sebagai catatan untuk band yang akhirnya konser lagi ini.,
Boit.
Ditulis oleh salah seorang penghuni omu sebagai catatan untuk band yang akhirnya konser lagi ini.,
Boit.
Mbak Boit kalau udah ada liriknya ditunggu ya (biar di penampilan selanjutnya singalongnya juga gak ngarang-ngarang banget hehe (selain fakta betapa signifikannya lirik-lirik melbi))
BalasHapussalam..
BalasHapussaya juga pendengar SiMelBi dari pedalaman Kalbar..
Reviewnya sangat menarik mbak..