Selasa, 18 Mei 2010

Dari Rolling Stone

Pertunjukan menghentak dari band cerdas Yogyakarta
Oleh : Wening Gitomartoyo

Di dalam gedung pertunjukan, panggung dihias dengan empat payung terbuka yang mengambang beberapa meter dari permukaan tanah. Melbi (panggilan akrab Melancholic Bitch) memulai dengan “Kartu Pos Bergambar Jembatan Golden Gate San Fransisco”, yang diambil dari album pertama me-reka, Anamnesis (2005), sebuah cover version dari musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono berjudul sama. Mereka melanjutkan dengan album brilian Balada Joni dan Susi (2009), bercerita tentang sepasang kekasih yang dicobai oleh hidup.
Melbi adalah vokalis Ugoran Prasad yang juga aktif di dunia sastra Indonesia, gitaris Yossy Herman Susilo dan Yennu Ariendra yang juga memainkan synth, pemain bas dan keyboard Teguh Hari Prasetya, dan pemain drum Septian Dwirima. Kolektif yang dibentuk akhir ’90-an ini punya kemampuan menghasilkan atmosfer rock yang mengungkung dan mencekam, serta lirik yang menohok.
Mengikuti urutan lagu di album, Melbi mengulang kisah Joni dan Susi. Ketukan yang berpacu dari “7 Hari Menuju Semesta” mengantar pikiran masuk ke dalam hidup sepasang kekasih itu. “Distopia” membawa dunia yang meriah dan ber-tabur warna dengan hadirnya sinden Silir Pujiwati yang berduet dengan Ugoran. “Mars Penyembah Berhala” yang bertenaga menyusul, sebuah ‘lagu cinta’ pada stasiun-stasiun televisi menyuguhkan Ugoran yang merentetkan amanat: “Siapa yang membutuhkan imajinasi/Jika kita sudah punya televisi”.
Sekitar 150 penonton sibuk mengayun kepala dan bernyanyi bersama. Melbi sendiri bermain eksplosif: emosi mereka demikian nyata di album, tapi ketika di panggung, segalanya seolah beratus kali lipat. Dengan sound yang sangat baik dan permainan lampu yang atraktif, segala-galanya seperti dilambungkan. Suara Ugoran terdengar lebih berat, lebih geram, lebih muram. Sentuhan-sentuhan kecil tapi mematikan dari gitar atau keyboard terdengar lebih menggaung dan menekan. Walau di awal pertunjukan terlihat gugup, mereka tak butuh waktu lama untuk bisa bermain lepas, sambil sesekali melemparkan lelucon pada penonton.
Lagu-lagu penghujung album yang juga menjadi penutup pertunjukan adalah vonis Tuhan tentang Joni dan Susi. Kisah cinta yang terpaksa putus menjadi dinding-dinding muram yang berdiri di Salihara. “Menara” menjadi semacam misa kematian dengan gitar yang melintir dan merintih sepanjang lagu.
Encore adalah tiga lagu dari Anamnesis: “Tentang Cinta”, “Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa”, dan “The Street”. Terkenal jarang manggung, Melbi di malam itu berhasil membekaskan rasa kagum yang tak kunjung selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar